Tindakan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN

Dari Infokawan


Peraturan Menteri Pertanian No. 3238/Kpts/PD.630/9/2009

TENTANG : PENGGOLONGAN JENIS-JENIS HAMA PENYAKIT HEWAN KARANTINA, PENGGOLONGAN DAN KLASIFIKASI MEDIA PEMBAWA

KESATU

Penggolongan Jenis-Jenis Hama Penyakit Hewan Karantina, Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa seperti tercantum pada Lampiran I dan Lampiran II sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Keputusan ini.

KEDUA

Jenis hama penyakit hewan yang belum terdapat di wilayah negara Republik Indonesia dan belum ditetapkan pada Lampiran I sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU, dan memenuhi kriteria, antara lain:

a. Mempunyai sifat dan potensi penyebaran penyakit yang serius dan cepat;
b. Belum diketahui cara penanganannya;
c. dapat membahayakan kesehatan manusia;
d. dapat menimbulkan dampak sosial yang meresahkan masyarakat; dan/atau;
e. dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi;

ditetapkan sebagai Hama Penyakit Hewan Karantina Golongan I.

KETIGA

Jenis hama penyakit hewan atau hama penyakit hewan karantina yang sudah terdapat di suatu area di wilayah negara Republik Indonesia dan berubah sifat sehingga:

a. Mempunyai sifat dan potensi penyebaran penyakit yang serius dan cepat;
b. Belum diketahui cara penanganannya;
c. Dapat membahayakan kesehatan manusia;
d. Dapat menimbulkan dampak sosial yang meresahkan masyarakat; dan/atau
e. Dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi;

ditetapkan sebagai Hama Penyakit Hewan Karantina Golongan I.

KEEMPAT

Jenis hama penyakit hewan karantina yang sudah ditetapkan sebagai Hama Penyakit Hewan Karantina Golongan I sebagaimana dimaksud diktum KESATU dan berubah sifat, sehingga:

a. tidak mempunyai sifat dan potensi penyebaran penyakit yang serius dan cepat;
b. diketahui cara penanganannya;
c. tidak membahayakan kesehatan manusia;
d. tidak menimbulkan dampak sosial yang meresahkan masyarakat;
e. tidak menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi; dan/atau
f. sudah terdapat di suatu area dalam wilayah Indonesia.

ditetapkan sebagai Hama Penyakit Hewan Karantina Golongan II.

KELIMA

Penggolongan jenis hama penyakit hewan karantina sebagaimana dimaksud dalam diktum KEDUA, diktum KETIGA dan diktum KEEMPAT lebih lanjut ditetapkan oleh Kepala Badan Karantina Pertanian atas nama Menteri Pertanian dalam bentuk Keputusan Menteri.

KEENAM

Pemasukan media pembawa yang berasal dari negara yang tertular hama penyakit hewan karantina golongan I dan/atau dari negara yang dinyatakan sedang terjadi wabah hama penyakit hewan karantina golongan II dilarang.

KETUJUH

Pemasukan atau pengeluaran media pembawa ke atau dari area dalam wilayah Negara Republik Indonesia yang dinyatakan sedang terjadi wabah hama penyakit hewan karantina golongan II dilarang.

KEDELAPAN

Dengan ditetapkannya Keputusan ini, Keputusan Menteri Pertanian Nomor 206/Kpts/TN.530/3/2003 juncto Keputusan Menteri Pertanian Nomor 110/Kpts/TN.530/2/2008 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.


LAMPIRAN I: GOLONGAN I
No Nama/Jenis Penyakit Penyebab Hewan Yang Peka Masa Tunas /

Inkubasi

Cara Penularan Standar Pengujian Masa

pengamatan

Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Acarapisosis of Honey Bees/

Acarine Disease

Mites Acarin Lebah 10 hari kontak langsung dengan hewan sakit Uji mikroskopis, ELISA 10 hari Penyakit

eksotik

2. Actinomycosis / Lumpy jaw Actinomyces sp Semua hewan 2-3 minggu Kontak langsung Isolasi, Mikroskopik, Kultur

agar

3 minggu Penyakit

eksotik

3. African Horse Sickness (AHS) Orbivirus Kuda, Keledai, Zebra, Gajah,

Onta dan Anjing (subklinis)

7 – 14 hari Vektor (Culicoides, Culex, Anopheles,

Aedes, Hyaloma, Rhipicephalus)

PCR, Immunofluorescen,

ELISA,

14 hari Penyakit

eksotik

4. African Swine Fever (ASF) Asfar viridae Babi 5 – 15 hari o Kontak langsung dengan hewan

tertular o Vektor (Ornithodoros moubata porcinus, O.erraticus) o Mekanis (kontaminasi kandang tertular, peralatan, jarum, sampah dari babi tertular)

PCR, ELISA, IFAT 15 hari Penyakit

eksotik

5. American Foulbrood of Honey Bees Paenibacillis larvae Lebah 2-15 hari Kontak langsung dengan hewan sakit Isolasi, High Polar Microscope 15 hari Penyakit

eksotik

6. Atrophic Rhinitis of Swine Bordetella bronchiseptica dan

Pasteurella multoicida

Babi 1-4 bulan Kontak langsung dengan hewan sakit Isolasi, pewarnaan gram 4 bulan Penyakit

eksotik

7. Aujeszky’s Disease/Pseudorabies/Mad

itch/ Infectious Bulbar Paralysis

Herpes virus o Babi (primer host)

o Sapi, Domba, Kambing, Anjing, Kucing (secondary host)

3 - 10 hari o Kontak langsung melalui inhalasi

o Kontak tidak lang

PCR, ELISA, FAT 10 hari Penyakit

eksotik

8. Avian Encephalomyelitis (AE)/Epidemic

Tremor

Hepato virus Unggas 5 – 20 hari o Vertikal : Induk ke anak

o Kontak langsung

ELISA, FAT, AGID, Embryo

Susceptibility Test

20 hari Penyakit

eksotik

9. Bovine Spongiform Encephalothy

(BSE)/ Mad Cow/ Sapi Gila

Protein prion Ruminansia 2 - 8 tahun Pemberian pakan dari SRM hewan sakit ELISA, Histopatologik,

Immunohistokimia

8 tahun Penyakit

eksotik

10. Brucellosis Brucella melitensis Domba, Kambing 2-8 minggu o Kontak langsung melalui perkawinan,

inhalasi o Kontak tidak langsing melalui semen, susu, sekresi

RBT, Isolasi, CFT, ELISA, AGID 8 minggu Penyakit

eksotik

11. Camel Pox Pox virus Unta 4 – 13 hari o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung (aerosol, inhalasi)

PCR, ELISA, Histopatologik,

IFAT, Electron Microscope

13 hari Penyakit

eksotik

12 Caprine Arthritis/Encephalitis Lenti virus Kambing, Domba 2 – 3 tahun Vertikal (kolostrom) AGID, ELISA 3 tahun Penyakit

eksotik

13. Contagious Agalactia Mycoplasma

agalactia

Kambing, Domba 7 – 56 hari o Inhalasi

o Lewat susu

Isolasi, Identifikasi, IFAT, CFT,

ELISA, PCR

56 hari Penyakit

eksotik

14. Contagious Caprine

Pleuropneumonia

Mycoplasma capricolum sub sp

capri pneumoniae

Kambing, Domba 6 – 45 har o Kontak langsung

o Inhalasi

IFAT, PCR, CFT, PH, ELISA 45 hari Penyakit

eksotik

15. Contagious Equine Metritis Toylorrella

equigenitalis

kuda 10-14 hari Kontak langsung melalui

perkawinan

PCR, CFT, ELISA, Isolasi, Passive

HaemAgglutination (PHA)

14 hari
16. . Contagius Bovine PleuroPneumonia (CBPP)/

Pleuro Pneumonia Contagiosa Bovum

Mycoplasma

mycoides

- Sapi, Kerbau

- Domba dan Kambing (carrier)

5 - 207 hari Kontak langsung PCR, ELISA 207 hari Penyakit

eksotik

17. Crimean Congo Haemorhagic Fever Neoviral Burung unta 4 – 14 hari Vektor tick Hyaloma ELISA, PCR 14 hari Penyakit

eksotik Zoonosis

18. Dourine/ Mala Du'coit/ Sipilis Kuda Trypanosoma

equiperdum

Kuda , keledai 1 minggu –

2 bulan

Kontak langsung melalui

perkawinan

CFT, ELISA, Pewarnaan ulas sekresi 2 bulan Penyakit

eksotik

19. Duck Virus Enteritis (DVE) Herpesviridae Itik, bebek, angsa 7 hari o Kontak langsung dengan hewan sakit

o Kontak tidak langsung melalui feses

PCR , SNT ,

isolasi virus

7 hari Penyakit

eksotik

20. Duck Virus Hepatitis (DVH) Hepadnaviridae Bebek, itik, angsa 1 - 4 hari o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung melalui feses, pakan, peralatan tertular

SNT, isolasi virus,

FAT

4 hari Penyakit

eksotik

21. Ebola/Green monkey fever Filoviridae Primata 2 - 21 hari o Kontak langsung dengan hewan sakit

o Kontak tidak langsung melalui mukosa dan cairan tubuh hewan terkontaminasi

PCR, ELISA 21 hari Penyakit

eksotik Zoonosis

22. Enterovirus encephalomyelitis/

Teschen Disease/ Enzootic Porcine Encephalomyelitis/ Bening enzootic paresis/ Poliomyelitis suum/ Talfan disease

Enteroviral Babi 10 - 40 hari o Kontak langsung antara hewan sakit

o melalui hewan sub klinis o Kontak tidak langsung (nasal, oral, feses, cairan, sisa makanan dari hewan sakit)

IFAT, VNT 40 hari Penyakit

eksotik

23. Equine Infectious Anaemi Lentivirus Kuda 7 - 21 hari ,

bisa sampai 90 hari

o Kontak langsung

o Vektor (lalat)

AGID, ELISA 90 hari Penyakit

eksotik

24. Equine Influenza Orthomyxoviridae

equine-1 (H7N7) and equine-2 (H3N8)

Kuda 1-5 hari Kontak langsung melalui inhalasi HI, Immunodiffusion test, PCR 5 hari
25. Equine Rhinopneumonitis Herpesviral Kuda, Keledai 2-10 hari o Kontak langsung melalui perkawinan

o Kontak tidak langsung melalui kontaminasi saliva, air, darah, feses, fetus yang abortus, pakan

SNT, ELISA, Isolasi Virus 10 hari Penyakit

eksotik

26. Equine Viral Arteritis Artheriviridae Kuda dan equidae

lainnya

2-13 hari o Kontak langsung melalui inhalasi

o Kontak tidak langsung melalui Inseminasi Buatan

CFT, PCR, IFAT,

ELISA, AGID

13 hari Penyakit

eksotik

27. European Foulbrood of Honey Bees Melissococcus

pluton

Lebah 2-15 hari o Kontak langsung dengan hewan sakit

o Kontak tidak langsung

Isolasi, High Polar Microscope 15 hari Penyakit

eksotik

28. Foot and Mouth Disease/ Aphtae Epizooticae/

Penyakit Mulut dan Kuku

Rhinoviral Hewan berkuku genap 2 – 14 harI o Kontak langsung dengan hewan sakit

o Kontak tidak langsung (bahan-bahan terkontaminasi spt air, udara, tanah, rumput, dll) o Petugas/Orang yang kontak dengan hewan sakit dapat menularkan virus

PCR, ELISA, VNT 14 hari Penyakit

eksotik

29. Genital Horse Pox/ Variola equine/

Equine Venereal Balanitis

Herpesviral Kuda dan equidae

lainnya

4-8 hari o Kontak langsung melalui perkawinan

o Kontak tidak langsung melalui kontaminan peralatan, sarung tangan

Electron Microscope, CFT 8 hari Penyakit

eksotik

30. Glanders/ Malleus/ Boosaardige Droes/

Equinia, Farcy, Ingus Jahat

Burkholderia

mallei

Kuda (hewan berkuku satu) 6 bulan o Kontak langsung dengan hewan sakit

o Kontak tidak langsung o Karnivora dapat terinfeksi setelah memakan daging hewan sakit

Pewarnaan Gram preparat ulas,

CFT, Mallein test

6 bulan Penyakit

eksotik Zoonosis

31. Heartwater Ehrlichia ruminantum Ruminansia 10 – 30 hari Vektor : Amblyoma PCR, Isolasi 30 hari Penyakit

eksotik

32. Hendra Virus Paramyxoviridae Kuda 6 – 12 hari o Kelelawar sebagai reservoir

o Kontak langsung dengan hewan sakit o Kontak tidak langsung melalui urine dan cairan hewan tertular o Kuda, Anjing, Kucing dapat tertular dengan gejala ringan

PCR, ELISA, Isolasi Virus, SNT,

Electron Microscope

12 hari Penyakit

eksotik Zoonosis

33. Highly Pathogenic Avian Influenza

(HPAI)

Orthomyxoviridae Unggas 3 - 21 hari o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung (sekresi, feses, air, peralatan dan baju kandang terkontaminasi) o Unggas air (carrier)

PCR, AGID, HI, Isolasi Virus 21 hari Penyakit

eksotik Zoonosis

34. Leishmaniosis/ Kallaazar/ Dundum Fever/

Oriental Sore/ Aleppo Button/ Delhi Boil/ Chiclero Ulcer/ Bay Sor

Leishmania

infantum

Anjing,Kucing 3 bulan -

beberapa tahun

Vektor : Lalat Phlebotomine Preparat Ulas, Anti Leishmania

Ab Assay, ELISA, PCR

3 bulan -

beberapa tahun

Penyakit

eksotik Zoonosis

35. Lumpy Skin Disease (LSD)/Pseudo-Urticaria/

Neethling Virus Disease/ Exanthema Nodularis Bovis, Knopvelsiekte

Capri pox viral Sapi, Kerbau, 2 - 5 minggu Vektor (serangga : Stomoxys calcitrans,

Culicoides nubeculosus, Mallophaga sp, Damalinia spp, Culex mirificus, Aedes natronius)

PCR, HISTOPATOLOG IK, FAT,

AGP, VNT

5 minggu Penyakit

eksotik

36. Maedi-Visna Lentiviral Domba, Kambing 2 – 3 tahun o Kontak langsung melaluiinhalasi

o Kontak tidak langsung melalui kolostrum

PCR, ELISA, AGID 3 tahun Penyakit

eksotik

37. Marburg Disease Filoviral Primata 5 - 10 hari o Kontak langsung dengan hewan sakit

o Kontak tidak langsung melalui darah terkontaminasi

ELISA, PCR 10 hari Penyakit

eksotik Zoonosis

38. Murray Valley Encephalitis (MVE)/Kunjin/

West Nile Encephalitis

Flaviviral Kuda 3 - 14 hari o Kontak tidak langsung

o Vektor melalui burung, nyamuk

PCR, ELISA, HI, Isolasi,

immunohistokimia

14 hari Penyakit

eksotik zoonosis

39. Myxomatosis Myxomaviral kelinci 2-5 hari Kontak langsung ELISA, AGID, 5 hari Penyakit

Eksotik

40. Nairobi Sheep Disease Bunyaviridae Domba, Kambing 2 - 7 hari Vektor Rhiphicephalus appendiculatus dan

Amblyoma

ELISA, Isolasi, VNT 7 hari Penyakit

eksotik

41. New World Screwworm Cochliomya

nominivorax

Sapi, Domba 12 - 24 jam Vektor Rhiphicephalus appendiculatus dan

Amblyoma

Uji makroskopik 24 jam Penyakit

eksotik

42. Nipah virus/Porcine respiratory and

neurological Syndrome/Porcine Respiratory and Encephalitis Syndrome (PRES)/Barking Pig Syndrome (BPS)

Paramyxoviridae Babi 4 – 18 har o Kelelawar sebagai reservoir

o Kontak langsung dengan hewan sakit o Kontak tidak langsung melalui urine dan cairan hewan tertular o Kuda, Anjing, Kucing dapat tertular dengan gejala ringan

PCR, ELISA, SN, Electron

Microscope

18 hari Penyakit

eksotik Zoonosis

43. Ovine Epididymitis (Brucellosis) Brucella ovis Domba, Kambing 2-8 minggu o Kontak langsung melalui perkawinan,

inhalasi o Kontak tidak langsung melalui semen, air susu, sekresi

RBT, Isolasi, CFT, ELISA, AGID 8 minggu Penyakit

eksotik

44. Ovine Pulmonary Adenomatosis Retro viral Domba 3 minggu –

beberapa tahun

o Kontak langsung

o Inhalasi

Histopatologikologi, ELISA, PCR,

RIA

3 minggu –

beberapa tahun

Penyakit

eksotik

45. Peste des Petits Ruminants (PPR) G. Morbilli viral

F. Paramyxoviridae

- Ruminansia terutamaKambing,

Domba - Sapi (subklinis)

3 – 21 har Kontak langsung (aerosol) PCR, ELISA,Isolasi Virus, VNT 21 hari Penyakit

eksotik

46. Porcine Reproductive and Respiratory Syndrome

(PRRS)/Porcine Epidemic Abortion and Respiratory Syndrome/ Swine Infertility and Respiratory Syndrom/Penyakit Misteri

Arteriviridae Babi 7 hari o Pernapasan, udara tercemar

o Semen

PCR, ELISA,IFAT, 7 hari Pulau Bulan
47. Rabbit Haemorrhagic Disease/

Rabbit Calici Virus Disease

Caliciviral Kelinci 1-2 hari o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung melalui dahak

RT-PCR, Immunoblotting,

Immunoelectrone microscope, ELISA

2 hari Penyakit

eksotik

48. Rift Valley Fever/ Enzootic Hepatitis/

Slenkdalkoors

Phleboviral Ruminansia (terutama Domba,

Kambing, Sapi) - Unta (sub klinis)

12 – 36 hari o Vektor (nyamuk)

o Kontak langsung denganhewan sakit dan cairan hewan tertular (susu, urin, air liur, leleran, darah, fetus yangabortus, dll) o Petugas/Orang yang kontak dengan hewan sakit /produk hewan sakitsangat mudah tertular(zoonosis)

PCR, HI, ELISA,PRN, 36 hari Penyakit

eksotik Zoonosis

49. Rinderpest/ Cattle Plague/ Vee Pest/ Sampar Sapi Paramyxoviridae Ruminansia, Babi 3 – 15 hari o Kontak langsung dengan hewan sakit

o Kontak tidak langsung (bahan-bahan terkontaminasi spt air,udara, tanah, rumput, dll)

PCR, ELISA, VNT 15 hari Penyakit

eksotik

50. Scrapie/ Traberkrankheit Prion Kambing, Domba 1 – 5 tahun o Kontak tidak langsung melalui burung unta

o Per Os melalui pakan terkontaminasi dari hewan sakit

ELISA, Histopatologik 5 tahun Penyakit

eksotik

51. Sheep and Goat Pox / Cacar Kambing dan Domba Caprypoxviral Domba dan Kambing 4 – 13 har o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung (aerosol, inhalasi)

PCR, ELISA, Histopatologik,

IFAT, Electron Microscope

13 hari Penyakit

eksotik

52. Small Hive Beetle Infestation Aetheninatumida Kumbang dan Lebah 1-7 hari o Vertikal

o Horizontal

Electron microscope, 7 hari Penyakit

eksotik

53. Strangles/Mink Horse/Equine Distemper/

Ingus tenang

Streptococcus

equi

Kuda (equidae) 3-14 har o Kontak langsung

o Kontak tidak langsungmelalui peralatan, pakan, pakaian, minuman terkontaminasi

Isolasi 14 hari Penyakit

eksotik

54. Swine Influenza / Influenza Babi Orthomyxoviridae Babi 1-7 hari o Kontak langsung

o perinhalasi

Isolasi, virus, imonohistokimia,

PCR, HI, ELISA

7 hari -
55. Swine Vesicular Disease Enterovirus Babi 2 – 28 hari o Kontak langsung dengan hewan sakit

o Kontak tidak langsung (kontaminasi feses, makanan sisa dari hewan sakit)

PCR, ELISA, CFT, Cell Culture,

VNT

28 hari Penyakit

eksotik

56. Transmissible Gastroenteritis of

Swine (TGE)

Coronaviridae - Babi

- Anjing, Rubah (carrier)

Beberapa

jam – 4 hari

o Per Os melalui feses, pakan terkontaminasi PCR, ELISA, FAT, Electron

Microscope

4 hari Penyakit

eksotik

57. Trichomonosis/Bovine

trichomoniasis/Bovine Genital Trichomoniasis/ Bovine Trichomonad Abort

Trichomonas

foetus

Sapi, kerbau, babi,

kuda

4 – 9 har o Kontak langsung melalui perkawinan

o Kontak tidak langsung melalui semen

PCR, Mikroskopis, Kultur jaringan 9 hari Penyakit

eksotik

58. Tropilaelops Infestation of Honey

Bees

A. dorsata

A. mellifera

lebah 7 hari o Kontak langsung melalui lebah terinfeksi

o Kontak tidak langsung melalui pakan terkontaminasi o Vektor : Mites Apis mellifera, A. dorsata, A. laboriosa

Mikroskopis 7 hari Penyakit

eksotik

59. Tularemia Francisella

tularensis

Semua hewan 3-14 hari o Kontak langsung

o Inhalasi o Vektor Caplak/Tick, Lalat deer fly

Isolasi, IFAT, ELISA, PCR 14 hari Penyakit

eksotik zoonosis

60. Turkey Rhinotracheitis Pnemoviral Kalkun 7-10 hari Inhalasi Microagglutinasi, ELISA, Isolasi 10 hari Penyakit

eksotik

61. Varroosis of Honey Bees Pndah ke gol II Varroa mites lebah 9 bulan o Vertikal

o Vektor tungau

RT-PCR 9 bulan Penyakit

eksotik

62. Venezuellan Equine Encephalitis ,

Equine Encephalomyelitis/ Eastern, Western

Flaviviral Kuda 5-14 hari o Vektor (burung, serangga: nyamuk) Isolasi, CFT, HI 14 hari Penyakit

eksotik Zoonosis

63. Vesicular Stomatitis/ Stomatitis

Vesicularis/ Sore Mouth/ Sore Nose/ Radang Mulut Berlepuh (RML)

Rhabdoviridae Kuda, Sapi, babi,

Kambing, Domba, kuda

2- 21 hari o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung (insekta berpotensi sbg Vektor : lalat Phlebotomine, nyamuk dan Culicoides sp)

CFT, ELISA, VNT, PCR 21 hari Penyakit

eksotik

64. Vibriosis/Epizootic Aborti

Camphylobacteriosis/ Bovine Genital Camphylobacter

Camphylobacter

sp

Ruminansia 2 minggu –

10 bulan

o Kontak langsung melalui perkawinan

o Kontak tidak langsung melalui semen, kontaminan peralatan

Isolasi, PCR, MAT (Mucous

Agglutination Test)

10 bulan Penyakit

eksotik

65. Yersinia Pseudotuberculosis

Septicaemia

Yersinia sp Babi 3-10 hari o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung

Isolasi, Biopsi lymphonodes,

Pemeriksaan sub-kultur,

10 hari Penyakit

eksotik


LAMPIRAN II: GOLONGAN II
No Nama/Jenis Penyakit Penyebab Hewan Yang Peka Masa Tunas /

Inkubasi

Cara Penularan Standar Pengujian Masa

pengamatan

Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Anaplasmosis / Gall sickness/

Malaria Sap

Anaplasma sp Lebah 6 – 38 hari Vektor CFT, FAT, Uji mikroskopik, Uji

Biologik

38 hari Zoonosis
2. Anthrax /Splenic Fever/Charbon/Miltzbrand/

Wool Sorters Disease/Radang limpa

B. anthracis Hewan pemamah biak terutama

Sapi, Kerbau, Rusa; Burung Onta

max. 20 hari o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung

Uji ASCOLI, Uji biologik, Uji

bakteriologi, Uji mikroskopik, ICT

20 hari Zoonosis
3. Avian Chlamydiosis Chlamydia psittaci Unggas 3 hari – 2

bulan

o Kontak tidak langsung melalui feses,

nasal discharge, debu terkontaminasi o Petugas/Orang tertular melalui handling hewan tertular

CFT, Elementary Body Agglutination

(EBA), PCR, Immunohistokimia , ELISA

2 bulan
4. Avian Infectious Bronchitis Coronaviridae Unggas 18-36 jam o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung

Isolasi, FAT, Electron Microscope,

ELISA,

36 jam
5. Avian Mycoplasmosis Mycoplasma sp Unggas 6-21hari o Inhalasi

o Vertikal

ELISA, Isolasi, PCR, SRA 21hari
6. Avian Tuberculosis Mycobacterium

avium var. avium

Unggas 1-2 bulan Kontak tidak langsung melalui pakan

terkontaminas

Isolasi, ELISA, PCR 2 bulan
7. Babesiosis/Reas`Feaver/Tick Fever/

Piroplasmosis/Deman ginjal

Babesia spp Sapi, Kerbau, Keledai, Kambing,

Anjing, Domba, Kucing, Babi, Hewan liar lain.

1 - 2

minggu

Vektor, mekanik HA,HI,CFT,FAT,Uji Mikroskopik 2 minggu
8. Blackleg/Boutvuur/Raushbrand/Gangraen

a emphysematosa/Quarter ill/ Black quarter, Radang paha

Clostridium

chauvoei

Sapi, Domba max 48 jam o Kontak langsung

o Kontak tidaklangsung

Uji mikroskopik, Gambaran patologi

anatomi, Pemeriksaan kultur, Uji biologis, FAT,

48 jam
9. Blue Tongue (BT)/Sore Mouth/Sore

Muzzle/Ovine Catarrhal Fever

Arbovirus Domba, Kambing max. 21 hari Vektor (Colicoides) CFT, SNT, FAT, AGPT 21 hari
10. Bovine Anaplasmosis Anaplasma sp Sapi 6-38 hari Vektor caplak ELISA, Uji Mikroskopik 38 hari
11. Bovine Babesiosis Babesia sp Sapi 1-3 minggu Vektor caplak ELISA, Uji Mikroskopik 3 minggu Zoonosis
12 Bovine Tuberculosis Mycobacterium

bovum

Sapi s/d berbulan-

bulan

o Inhalasi

o Kontak tidak langsung melalui sekresi, eksresi, air susu, semen, urine

Isolasi, Tuberculin test, Pemeriksaan

Biologik, Histopatologik, Pewarnaan ZiehlNielsen, PCR, ELISA

s/d berbulan-

bulan

Zoonosis
13. Bovine Virus Diarrhoae

(BVD)/Mucosal Disease

Pestivirus Sapi 1 – 3

minggu

o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung

ELISA, SNT 3 minggu
14. Brucellosis / Bang's Disease/

Contagious Abortion/ Malta fever/ Keluron menular

Brucella spp Sapi, Kambing, Domba, Babi,

Anjing

2 minggu –

8 bulan

o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung

CFT, FAT, SAT, Uji Aglutinasi,

RBT, MRT, Comb's Test

8 bulan
15. Canine Parvovirus Infection Parvovirus Anjing 3-10 hari o Feses terkontaminasi

o Inhalasi

ELISA, HI, PCR 10 hari
16. Contagious Ecthyma/ ORF/ Contagious

Pustular Dermatitis/Scabby Mouth /Sore Mouth/Bengoran

Virus cacar Kambing, Domba, 2-6 hari Kontak langsung AGPT, SNT, Pemeriksaan

Histopatologik

6 hari
17. Cysticercosis/

Baberasan/Barrasan/Manisan

Cysticercus sp Babi, Sapi s/d berbulan-

bulan

Kontak tidak langsung Uji Mikroskopik, Gambaran

patologi anatomi

berbulan-

bulan

18. Dermatophilosis Dermatophilus Infection,

Cutaneous Streptothrichosis, Lumpy Wool, Strawberry Foot Root

Dermatophilus

congolensis

Kucing, Domba,

Kuda, Kelinci, Kambing, Sapi,

2 - 4 minggu Kontak dengan arthrospora dan konidia

Vektor serangga, tick dermatophylus, amblyoma

Uji Mikroskopik, Fluorescence

pada Dermatopyta, Kultur

4 minggu Zoonosis
19. Echinococcosis/ Kista Hydatidosa Echinococcus sp Ruminansia, Babi, Anjing

(Multiple spesies)

berbulan-

bulan

Kontak tidak langsung Ditemukan parasit, Gambaran

Patologi Anatomi, Uji Mikroskopik

berbulan-

bulan

20. Egg Drop Syndrome (EDS) Adenoviridae Unggas 10-24 hari o Vertikal

o Horizontal melalui pernafasan

ELISA, PCR, HI 24 hari
21. Enzootic bovine Leucosis, Cattle

Leucaemia/ Leukosis Sapi

C-type virus-like

particles.

Sapi, Kerbau,

Domba

3 tahun Kontak tidak langsung ELISA, AGID, PCR 3 tahun
22. Equine Babesiosis/ Equine

Piroplasmosis

Babesia sp Kuda 10-30 hari o Vektor Caplak demacentor sp,

Boophilus, Amblyoma, Anocentor o Mekanis : peralatan terkontaminasi

ELISA, CFT, IFA 30 hari
23. Erysipelas/Diamond Skin Disease Erysipelothrix

rhuseupati

Babi, Kambing,

Domba, Unggas

max. 6

bulan

o Oral, perkutan, intra uterin

o Kontak tidak langsung via Vektor ektoparasit kutu, caplak, lalat penggigit

Uji Mikroskopik, Uji Biologik, Uji

Bakteriologik, AGD, Uji serologis, ELISA

6 bulan
24. Fowl Cholera Pasteurella

multocida

Unggas

(kalkun lebih peka

2-10 hari Flock : sekresi mulut,

conjunctiva

ELISA, Isolasi, Biokimia,

Pewarnaan Gram

10 hari
25. Fowl Pox Avipoxvirus Unggas 1-2 minggu o Kontak langsung

o Vektor biologis : nyamuk o Vektor mekanis : serangga penggigit

Histopatologi, PCR, ELISA,

Electron Microscope

2 minggu
26. Fowl Typhoid Salmonella

gallinarum

Unggas 2-7 hari o Transovarial

o Horizontal (melalui air terkontaminasi, makanan) o Vektor mekanik (burung liar, manusia, lalat, truk)

Isolasi, Identifikasi, PCR, NPIP

Testing (serotyping S.gallinarum)

7 hari
27. Hog Cholera /Classical Swine Fever

(CSF)/Swine fever/Peste du porc/ Sampar Babi

Pestivirus Babi 2-7 hari o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung

SNT, CFT, FAT, HA, AGPT, Uji

Mikroskopik, Pemeriksaan Histopatologik, PCR

7 hari
28. Infectious BovineRhinotracheitis(IBR)/

Infectious Pustular Vulvoginitis (IPV)/ Infectious Bovine Necrotic Rhinotracheitis/ Necrotic Rhinitis/Red Nose Disease/ Bovine Coital Exantherna

Herpetoviridae Sapi, Kambing max. 21 hari o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung

ELISA, SNT 21 hari
29. Infectious Bursal Disease/gumboro Gumboro virus Unggas 2-3 hari o Oral

o Kontak langsung o Kontak tidak langsung melalui conjunctiva, inhalasi

ELISA 3 hari
30. Infectious Chicken Anemia, Blue Wing

Disease, Anemia Dermatitis Syndrome

Gyrovirus Unggas 5 hari o Kontak langsung : Vertikal melalui telur

o Kontak tidak langsung via oral, inhalasi

ELISA, PCR 5 hari
31. Infectious Laryngo Tracheitis (ILT) Herpetovirideae Unggas 6 - 12 har o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung

IFAT, Isolasi Virus 12 hari
32. Japanese Encephalitis/ Russian

Autumn Encephalitis/ Japanese B encephalitis

Flavivirus Babi, Kuda, Sapi, Domba 7 hari o Vektor (nyamuk) HI, CFT, SNT, IFAT, ELISA,

Isolasi Agerit, Uji Histopatologi

7 hari zoonosis
33. Jembrana/Penyakit Rama Dewa Jembrana Virus Sapi Bali max. 45 har o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung

ELISA, Uji Biologik 45 hari zoonosis
34. Johne's Disease/Paratuberkulosis Mycobacterium

paratuberculosis

Sapi, Domba, Kambing, rusa,

kuda

Min 15

bulan

o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung melalui sekresi, feses, air susu, produk hewan terkontaminasi

CFT, PCR, Isolasi, Min 15 bulan Penyakit

eksotik zoonosis

35. Leptospirosis/ Infectious Hemoglubinuria/

Flabby Udder/Yellow Disease/Weil's Disease/ Red Water Disease

Leptospira spp Ruminansia, Babi, Anjing 1-2 minggu Kontak tidak langsung CFT, Uji Aglutinasi, Uji

Mikroskopik, Uji Biologi, Uji Serologis

2 minggu
36. Listeriosis/Listerellosis/ Citeling

Disease/Silage sickness

Listeria sp Ruminansia, Babi, Ruminansia, Babi, Kuda,

Kucing, Kelinci, Unggas

bervariasi

bisa beberapa hari

Kontak tidak langsung CFT, Uji Mikroskopik, Uji

Biologik

bervariasi bisa

beberapa hari

37. Low Pathogenic Avian Influenza

(LPAI)

Orthomyxoviridae Unggas, Babi 2 hari o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung

ELISA, SNT 2 hari
38. Lymphoid Leukosis Kompleks Retrovirus Unggas s/d 4 bulan o Vertikal

o Horizontal

Pemeriksaan Histopatologik, PCR 4 bulan
39. Malignant Catarrhal Fever /MCF/Gangrenoza

Bovum/Snot Ziekte/Penyakit Ingusan Sapi/ Penyakit makan tanah/Coryza Sapi

Herpesvirus Sapi, Kerbau max. 60 hari Kontak langsung CFT, ELISA, Uji Aglutinasi dan

Presitipasi, Uji Mikroskopik, Pemeriksaan Histopatologik

60 hari
40. Marek’s Disease Herpesvirus Unggas 3 minggu Inhalasi AGID, ELISA 3 minggu
41. New Castle Disease/Pseudo Fowl

Pest/Ranikhet Disease/Tetelo

Paramyxoviridae Unggas max. 21 hari o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung

HA, HI, SNT, FAT 21 hari
42. Old World Screwworm C. bezziana Sapi, Domba 12-24 jam Vektor : lalat Chrisomya

bezziana

Uji makroskopik 24 jam
43. Pebrine Nosema bombycis Telur ulat sutera 14-21 hari o Vertikal

o per oral

ELISA, FAT,

Monoclonal Antibody, SAT

21 hari
44. Porcine Cysticercosis Cysticercus sp Babi Sangat

bervariasi

Fecal-oral Western Blot Kit,

ELISA,

Sangat

bervariasi

45. Rabies /Lyssa/Tollwut/ Rage

Hydrophobia/Penyakit Anjing gila

Rhabdovirus Anjing, Kucing, Kera, Rubah,

Kelelawar, Babi, Ruminansia, Skunk, Mongoose kuning

Anjing, Kucing

10 hr- 8 minggu Sapi, Kambing, Kuda dan Babi 1 - 3 bulan

Kontak langsung IFAT,ELISA, Isolasi virus, Uji

biologik, Pemeriksaan Histopatologik, Uji Mikroskopik, Uji Serologik

Anjing, Kucing

10 hr- 8 minggu Sapi, Kambing, Kuda dan Babi 1 - 3 bulan

Zoonosis
46. Ring Worm/ Dermatophytosis/Favus

Unggas/ Kurap

Dermatophyta Sapi, Kelinci, Cavia, Mencit,

Tikus, Kalkun, Kera

1 minggu Kontak langsung Pemeriksaan Histopatologi,

Pemupukan, Uji Mikroskopik

1 minggu
47. Runting and Stunting Syndrome (RSS) Enterovirus, Astrovirus,

calicivirus, reovirus

Unggas > 14 hari o Vertikal

o Horizontal (langsung dan tidak langsung)

Isolasi, > 14 hari
48. Saccharomycosis/ Pseudomalleus/

Pseudoglanders/ Lymphangitis Epizootica/ African Farci/Selakarang

Histoplasma farciminosa Kuda dan famili

equidae

2 minggu Kontak langsung FAT, Uji

mikroskopik, Uji bakterioligik

2 minggu
49. Scabies/Mange/ Demodecosis/ Kudis Demodex spp Ruminansia, Kuda, Babi, Anjing,

Kucing, Kelinci,

10 – 42 hari Kontak langsung Uji Mikroskopik,

ELISA

42 hari
50. Septichaemia Epizootica(SE)/

Septicamia,haemorrhagica/Borbone/ Penyakit ngorok

Pasteurella multocida Sapi, Kerbau, Kambing, Domba,

Babi,Kuda, Kelinci, marmot, Mencit, burung Merpati,

14 hari o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung

IFAT, AGPT, Uji mikroskopik, Uji

biologik, Uji bakteriologik, ELISA

14 hari
51. Stephanofilariasis/ Kaskado Stephanofilaria sp Sapi, Kambing 2 - 3 minggu Vektor Uji mikroskopik 14 hari
52. Swine Dysentri/Black Disease Brachyspira hyodysenteriae Babi 1 - 2 hari o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung

Uji Mikroskopik, ELISA 2 hari
53. Theileriosis/ Tzaneen Disease/

Turning Sickness

Theileria sp Sapi, Kerbau, Domba 10 - 25 hari Vektor Ulas darah 25 hari
54. Trichinellosis/Trichinosis Trichinella sp Anjing, Kucing, Babi, Sapi,

Kambing, Domba,Tikus, Beruang

10-14 hari Kontak tidak langsung IFAT, ELISA,Uji mikroskopik,

Uji sensifitas

14 hari
55. Trypanosomosis/ Surra/Penyakit mubeng Trypanosoma evansi Kuda, Ruminansia, Anjing 1-4 minggu

Kuda (5-60 hari)

Vektor lalat Tabanus sp Preparat ulas darah, Biologis,

IFAT, PCR

60 hari
56. Tuberculosis Mycobacterium sp Semua hewan bervariasi o Kontak langsung

o Kontak tidak langsung

Tuberkulosis test, Uji mikroskopik,

Uji biologik, Uji bakteriologik

bervariasi

Peraturan Menteri Pertanian No. 41/Permentan/OT.140/3/2013

TENTANG TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP PEMASUKAN ATAU PENGELUARAN SARANG WALET KE DAN DARI DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

  1. Tindakan Karantina Hewan yang selanjutnya disebut tindakan karantina adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah hama penyakit hewan karantina masuk ke, tersebar di, dan/atau keluar dari wilayah negara Republik Indonesia.
  2. Media Pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina yang selanjutnya disebut media pembawa adalah hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan dan/atau benda lain yang dapat membawa hama penyakit hewan karantina.
  3. Hama dan Penyakit Hewan Karantina yang selanjutnya disingkat HPHK adalah semua hama, agen penyakit, dan penyakit hewan yang berdampak sosio-ekonomi nasional dan perdagangan internasional serta dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan yang dapat digolongkan menurut tingkat risikonya.
  4. Hama Penyakit Hewan Karantina Golongan I yang selanjutnya disingkat HPHK Golongan I adalah hama penyakit hewan karantina yang mempunyai sifat dan potensi penyebaran penyakit yang serius dan cepat, belum diketahui cara penanganannya, belum terdapat di suatu area atau wilayah negara Republik Indonesia.
  5. Hama Penyakit Hewan Karantina Golongan II yang selanjutnya disingkat HPHK Golongan II adalah hama penyakit hewan karantina yang potensi penyebarannya berhubungan erat dengan lalu lintas media pembawa, sudah diketahui cara penanganannya dan telah dinyatakan ada di suatu area atau wilayah negara Republik Indonesia.
  6. Sarang Burung Walet yang selanjutnya disebut sarang walet adalah hasil burung walet yang sebagian besar berasal dari air liur yang berfungsi sebagai tempat untuk bersarang, bertelur, menetaskan dan membesarkan anak burung walet dan apabila dikonsumsi memerlukan proses lebih lanjut atau merupakan produk pangan belum siap saji.
  7. Tempat Pemasukan dan Tempat Pengeluaran adalah pelabuhan laut, pelabuhan sungai, pelabuhan penyeberangan, bandar udara, kantor pos, pos perbatasan dengan negara lain, dan tempat-tempat lain yang dianggap perlu ditetapkan sebagai tempat untuk memasukkan dan/atau mengeluarkan media pembawa.
  8. Pemasukan adalah kegiatan memasukkan media pembawa sarang walet dari luar negeri ke dalam wilayah negara Republik Indonesia.
  9. Pengeluaran adalah kegiatan mengeluarkan media pembawa sarang walet dari dalam wilayah negara Republik Indonesia ke luar negeri.
  10. Pemilik Media Pembawa Sarang Walet yang selanjutnya disebut pemilik atau kuasanya adalah perorangan atau badan usaha baik berbentuk maupun tidak berbentuk badan hukum yang melakukan pemasukan atau pengeluaran sarang walet ke dalam atau keluar dari wilayah negara Republik Indonesia.
  11. Kemasan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus media pembawa baik yang bersentuhan langsung maupun tidak.
  12. Petugas Karantina Hewan yang selanjutnya disebut petugas karantina adalah pegawai negeri tertentu yang diberi tugas untuk melakukan tindakan karantina.
  13. Dokter Hewan Petugas Karantina yang selanjutnya disebut dokter hewan karantina adalah dokter hewan yang ditunjuk oleh Menteri untuk melaksanakan tindakan karantina.
  14. Dokumen Karantina Hewan yang selanjutnya disebut dokumen karantina adalah semua formulir resmi yang ditetapkan oleh Menteri dalam rangka tertib administrasi pelaksanaan tindakan karantina.
  15. Sertifikat Sanitasi adalah keterangan yang ditandatangan oleh pejabat berwenang dari negara asal atau dokter hewan karantina di tempat pengeluaran yang menyatakan bahwa sarang walet bebas dari hama penyakit hewan karantina.
Pasal 2

(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai dasar hukum bagi:

a. Petugas karantina dalam melakukan tindakan karantina terhadap pemasukan atau pengeluaran sarang walet ke dan dari dalam wilayah negara Republik Indonesia; dan
b. Pemilik atau kuasanya dalam pemenuhan persyaratan untuk pemasukan atau pengeluaran sarang walet ke dan dari dalam wilayah negara Republik Indonesia.

(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk mencegah masuk, tersebar dan keluarnya HPHK, memberikan perlindungan kesehatan, serta menjamin ketentraman batin masyarakat.

Pasal 3

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:

a. persyaratan karantina untuk pemasukan atau pengeluaran sarang walet ke dan dari dalam wilayah negara Republik Indonesia;
b. tindakan karantina terhadap pemasukan atau pengeluaran sarang walet ke dan dari dalam wilayah negara Republik Indonesia.
BAB II PERSYARATAN KARANTINA TERHADAP PEMASUKAN ATAU PENGELUARAN SARANG WALET

Bagian Kesatu Persyaratan Pemasukan

Pasal 4

Pemasukan sarang walet ke wilayah negara Republik Indonesia wajib:

a. dilengkapi Sertifikat Sanitasi;
b. melalui tempat pemasukan yang ditetapkan Menteri; dan
c. dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat pemasukan sebagaimana dimaksud pada huruf b untuk keperluan tindakan karantina.
Pasal 5

Sertifikat Sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 paling kurang memuat pernyataan:

a. sarang walet bebas dari HPHK;
b. sarang walet memenuhi aspek kesehatan masyarakat veteriner;
c. jenis dan jumlah sarang walet;
d. nama dan alamat pengirim dan penerima;
e. tempat pengeluaran dan tanggal muat; dan
f. tempat pemasukan.
Pasal 6

(1) Aspek kesehatan masyarakat veteriner sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, sarang walet tidak mengandung cemaran biologi, kimia, dan fisik yang melebihi ambang batas maksimal.

(2) Ambang batas maksimal cemaran biologi, kimia, dan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

NO. JENIS PENGUJIAN METODE BATAS MAKSIMAL
1 Bahaya Biologi
Total Mikroba Total Plate Count (TPC) 1 X 106 cfu/g
Staphylococcus aureus Kultur 1 X 102 cfu/g
Koliform Most Probable Number

(MPN)

1 X 102 cfu/g
Escherichia coli MPN dan Kultur 1 X 101 cfu/g
Salmonella sp Kultur Negatif/25 g
Avian Influenza (AI) RT-PCR Negatif
Listeria sp Kultur Negatif/25 g
Total Yeast and mold Kultur 1 X 101 cfu/g
2 Bahaya fisik (logam, kayu, dll) Visual Negatif
3 Bahaya Kimia
Kadar Nitrit Spektrofotometri / HPLC/LCMS-MS 125 mg/kg
Pasal 7

(1) Sarang walet yang dimasukkan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia, harus dikemas dalam suatu kemasan.
(2) Kemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari negara asal dan terbuat dari bahan yang kuat dan aman.
(3) Kemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan keterangan yang paling kurang memuat:

a. jenis dan spesifikasi sarang walet (ukuran, kualitas/grade);
b. berat bersih sarang walet; dan
c. tanggal, bulan, dan tahun produksi.

Bagian Kedua: Persyaratan Pengeluaran

Pasal 8

Pengeluaran sarang walet dari wilayah negara Republik Indonesia wajib:

a. dilengkapi Sertifikat Sanitasi;
b. melalui tempat pengeluaran yang ditetapkan oleh Menteri; dan
c. dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat pengeluaran sebagaimana dimaksud pada huruf b untuk keperluan tindakan karantina.
Pasal 9

Sertifikat Sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 paling kurang memuat pernyataan:

a. sarang walet bebas dari HPHK;
b. sarang walet memenuhi aspek kesehatan masyarakat veteriner;
c. jenis dan jumlah sarang walet;
d. nama dan alamat pengirim dan penerima;
e. tempat pengeluaran dan tanggal muat; dan
f. tempat pemasukan di negara tujuan.
Pasal 10

(1) Sarang walet yang dikeluarkan dari wilayah negara Republik Indonesia, harus dikemas dalam suatu kemasan.
(2) Kemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbuat dari bahan yang kuat dan aman.
(3) Kemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi paling kurang dengan keterangan yang memuat:

a. jenis dan spesifikasi sarang walet (ukuran, kualitas/grade);
b. berat bersih sarang walet; dan
c. tanggal, bulan, dan tahun produksi.
Pasal 11

(1) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 10, pengeluaran sarang walet dari dalam wilayah negara Republik Indonesia wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh negara tujuan, berdasarkan protokol yang telah disepakati.
(2) Ketentuan mengenai pemenuhan persyaratan negara tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), lebih lanjut ditetapkan oleh Kepala Badan Karantina Pertanian.

BAB III TATA CARA TINDAKAN KARANTINA TERHADAP PEMASUKAN ATAU PENGELUARAN SARANG WALET

Bagian Kesatu: Umum

Pasal 12

(1) Pemilik atau kuasanya menyampaikan laporan rencana pemasukan atau pengeluaran sarang walet paling lambat 1 (satu) hari sebelum pemasukan atau pengeluaran.
(2) Tindakan karantina terhadap pemasukan atau pengeluaran sarang walet sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh petugas karantina di tempat pemasukan atau pengeluaran.
(3) Tindakan karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan/atau pembebasan.

Bagian Kedua:Tata Cara Tindakan Karantina Terhadap Pemasukan Sarang Walet

Pasal 13

(1) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3), terdiri atas pemeriksaan:

a. dokumen; dan
b. sanitasi.

(2) Pemeriksaan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan untuk mengetahui kelengkapan, kebenaran isi dan keabsahan dokumen.
(3) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa Sertifikat Sanitasi.

Pasal 14

(1) Dalam hal hasil pemeriksaan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2), terbukti sarang walet tidak dilengkapi Sertifikat Sanitasi, dilakukan penolakan.
(2) Sarang walet yang dikenakan tindakan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan penahanan apabila:

a. setelah dilakukan pemeriksaan fisik terhadap sarang walet dan diduga tidak berpotensi membawa dan menyebarkan HPHK;
b. bukan berasal dari negara yang dilarang pemasukannya; dan
c. pemilik atau kuasanya menjamin dapat melengkapi Sertifikat Sanitasi paling lama dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja.

(3) Tenggat waktu 3 (tiga) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, bukan memberikan kesempatan kepada pemilik atau kuasanya untuk membuat Sertifikat Sanitasi dari negara asal.
(4) Dalam hal tenggat waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah berakhir dan pemilik atau kuasanya tidak dapat melengkapi Sertifikat Sanitasi, dilakukan penolakan.

Pasal 15

(1) Pemeriksaan keabsahan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dilakukan untuk membuktikan keabsahan Sertifikat Sanitasi.
(2) Sertifikat Sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap sah apabila:

a. diterbitkan oleh pejabat berwenang;
b. menggunakan kop surat resmi;
c. dibubuhi tanda tangan, nama serta jabatan;
d. dibubuhi stempel;
e. diberi nomor; dan
f. mencantumkan tempat dan tanggal penerbitan Sertifikat Sanitasi.

(3) Dalam hal Sertifikat Sanitasi tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan penolakan.

Pasal 16

(1) Pemeriksaan kebenaran dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara data yang tercantum dalam Sertifikat Sanitasi dengan fisik sarang walet.
(2) Kesesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa kesesuaian jenis dan jumlah sarang walet.
(3) Dalam hal pemeriksaan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti tidak sesuai antara data yang tercantum dalam Sertifikat Sanitasi dengan fisik sarang walet, dilakukan penolakan.

Pasal 17

(1) Dalam hal hasil pemeriksaan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf a, terbukti Sertifikat Sanitasi lengkap, sah dan benar dilakukan pemeriksaan sanitasi.
(2) Pemeriksaan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk mengetahui sarang walet:

a. bebas HPHK; serta
b. aman dan layak sebagai bahan konsumsi.
Pasal 18

(1) Apabila hasil pemeriksaan sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 terbukti sarang walet:

a. tidak bebas HPHK Golongan I, dilakukan pemusnahan;
b. tidak bebas HPHK Golongan II, diberikan perlakuan; atau
c. tidak aman atau tidak layak sebagai bahan konsumsi, dilakukan pemusnahan.

(2) Dalam hal setelah diberikan perlakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b:

a. tidak dapat dibebaskan dari HPHK Golongan II, dilakukan pemusnahan; atau
b. dapat dibebaskan dari HPHK Golongan II, dilakukan pembebasan.

(3) Pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dilakukan apabila sarang walet terbukti aman dan layak sebagai bahan konsumsi.

Pasal 19

Dalam hal hasil pemeriksaan sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 terbukti sarang walet:

a. bebas HPHK; dan
b. aman dan layak sebagai bahan konsumsi, dilakukan pembebasan.
Pasal 20

(1) Sarang walet yang dikenakan tindakan penolakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), Pasal 14 ayat (4), Pasal 15 ayat (3), atau Pasal 16 ayat (3) harus segera dibawa keluar dari dalam wilayah negara Republik Indonesia, dalam batas waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja dan dituangkan dalam Berita Acara Penolakan.
(2) Batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang, apabila pemilik atau kuasanya:

a. tidak dapat menyediakan alat angkut; dan/atau
b. belum menyelesaikan kewajiban lainnya sesuai peraturan perundangan di bidang kepabeanan

(3) Pemberian perpanjangan waktu pelaksanaan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempertimbangkan tingkat risiko masuk dan menyebarnya HPHK.
(4) Dalam hal dilakukan tindakan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilik atau kuasanya tidak berhak menuntut ganti rugi apapun.
(5) Segala hal yang diperlukan untuk pelaksanaan tindakan penolakan menjadi beban dan tanggung jawab pemilik atau kuasanya.

Pasal 21

(1) Sarang walet yang dikenakan penahanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), diterbitkan Berita Acara Penahanan, dan harus berada di bawah pengawasan petugas karantina.
(2) Segala hal yang diperlukan selama masa penahanan menjadi beban dan tanggung jawab pemilik atau kuasanya.

Pasal 22

(1) Dalam hal tenggat waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1), sarang walet belum dikeluarkan dari wilayah negara Republik Indonesia, dilakukan pemusnahan.
(2) Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Pemusnahan dan dilakukan di bawah pengawasan dokter hewan karantina, disaksikan petugas kepolisian negara Republik Indonesia serta petugas dari instansi terkait lainnya.
(3) Dalam hal dilakukan tindakan pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilik atau kuasanya tidak berhak menuntut ganti rugi apapun.
(4) Segala hal yang diperlukan untuk pelaksanaan pemusnahan menjadi beban dan tanggung jawab pemilik atau kuasanya.

Pasal 23

(1) Sarang walet yang dikenakan tindakan pembebasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) atau Pasal 19 diterbitkan Sertifikat Sanitasi.
(2) Pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah pemilik atau kuasanya menyelesaikan kewajiban pembayaran pungutan jasa karantina yang merupakan penerimaan negara bukan pajak sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 24

Ketentuan mengenai pemeriksaan dokumen dan sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dan perlakuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf b, lebih lanjut ditetapkan oleh Kepala Badan Karantina Pertanian.

Bagian Ketiga: Tata Cara Tindakan Karantina Terhadap Pengeluaran Sarang Walet

Pasal 25

(1) Sarang walet yang dikeluarkan dari wilayah negara Republik Indonesia harus dilengkapi dengan Sertifikat Sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.
(2) Sertifikat Sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diberikan setelah dilakukan pemeriksaan sanitasi.

Pasal 26

(1) Apabila hasil pemeriksaan sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) terbukti sarang walet:

a. tidak bebas HPHK Golongan I, dilakukan pemusnahan;
b. tidak bebas HPHK Golongan II, diberikan perlakuan; atau
c. tidak aman atau tidak layak sebagai bahan konsumsi, dilakukan pemusnahan.

(2) Dalam hal setelah diberikan perlakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b:

a. tidak dapat dibebaskan dari HPHK Golongan II, dilakukan pemusnahan; atau
b. dapat dibebaskan dari HPHK Golongan II, dilakukan pembebasan.

(3) Pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dilakukan apabila sarang walet aman dan layak sebagai bahan konsumsi.

Pasal 27

Dalam hal hasil pemeriksaan sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) terbukti sarang walet:

a. bebas HPHK; dan
b. aman dan layak sebagai bahan konsumsi, dilakukan pembebasan.
Pasal 28

(1) Pembebasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3) atau Pasal 27, dilakukan dengan menerbitkan Sertifikat Sanitasi.
(2) Pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah pemilik atau kuasanya menyelesaikan kewajiban pembayaran pungutan jasa karantina yang merupakan penerimaan negara bukan pajak sesuai peraturan perundangan.

Bagian Keempat: Tata Cara Tindakan Karantina Terhadap Pemasukan Kembali Sarang Walet Yang Ditolak Oleh Negara Tujuan

Pasal 29

(1) Pemasukan kembali sarang walet dari luar negeri karena tidak memenuhi persyaratan karantina, persyaratan yang ditetapkan oleh negara tujuan, kontaminasi HPHK dan/atau alasan lain dilakukan tindakan karantina sesuai ketentuan tentang pemasukan.
(2) Pemasukan kembali sarang walet sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus disertai surat keterangan penolakan dari negara tujuan yang menerangkan alasan penolakan.
(3) Sertifikat Sanitasi produk hewan yang diterbitkan oleh dokter hewan karantina pada waktu pengeluaran sarang walet dapat dipergunakan lagi sebagai persyaratan karantina.

BAB IV KETENTUAN PENUTUP
Pasal 30

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Peraturan Menteri Pertanian No. 70/Permentan/KR.100/12/2015

TENTANG INSTALASI KARANTINA HEWAN

BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Media Pembawa Hama dan Penyakit Hewan Karantina yang selanjutnya disebut Media Pembawa adalah Hewan, Bahan Asal Hewan, Hasil Bahan Asal Hewan, dan/atau Benda Lain.
2. Hewan adalah semua binatang yang hidup di darat, baik yang dipelihara maupun yang hidup secara liar.
3. Bahan Asal Hewan yang selanjutnya disingkat BAH adalah bahan yang berasal dari Hewan yang dapat diolah lebih lanjut.
4. Hasil Bahan Asal Hewan yang selanjutnya disingkat HBAH adalah Bahan Asal Hewan yang telah diolah.
5. Benda Lain adalah Media Pembawa yang bukan tergolong Hewan, BAH, dan HBAH yang mempunyai potensi penyebaran penyakit hama dan penyakit hewan karantina.
6. Hama dan Penyakit Hewan Karantina yang selanjutnya disingkat HPHK adalah semua hama, hama penyakit, dan penyakit hewan yang berdampak sosio-ekonomi nasional dan perdagangan internasional serta menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat veteriner yang dapat digolongkan menurut tingkat risikonya.
7. Tindakan Karantina Hewan yang selanjutnya disebut Tindakan Karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah HPHK masuk ke, tersebar di, dan/atau keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia.
8. Tempat Pemasukan dan Tempat Pengeluaran adalah pelabuhan laut, pelabuhan sungai, pelabuhan penyeberangan, bandar udara, kantor pos, pos perbatasan dengan negara lain dan tempat-tempat lain yang ditetapkan sebagai tempat untuk memasukkan dan/atau mengeluarkan Media Pembawa.
9. Instalasi Karantina Hewan yang selanjutnya disebut Instalasi Karantina adalah suatu bangunan berikut peralatan dan lahan serta sarana pendukung yang diperlukan sebagai tempat untuk melakukan Tindakan Karantina.
10. Instalasi Karantina Sementara adalah Instalasi Karantina yang dibangun oleh Pemerintah atau Pihak Lain yang sifat penggunaannya satu atau beberapa kali untuk pengiriman bertahap.
11. Instalasi Karantina Permanen adalah Instalasi Karantina yang dibangun oleh Pemerintah atau Pihak Lain yang penggunaannya bersifat permanen.
12. Instalasi Karantina Pasca Masuk adalah Instalasi Karantina yang dibangun oleh Pemerintah atau Pihak Lain yang dipergunakan untuk melaksanakan Tindakan Karantina yang memerlukan waktu lama terhadap jenis media pembawa yang cara pendeteksiannya belum dapat dilakukan, menunggu pertumbuhan dan/atau perkembangan Media Pembawa.
13. Instalasi Karantina Pasca Masuk Permanen adalah Instalasi Karantina yang dibangun oleh Pemerintah atau Pihak Lain yang dipergunakan sebagai tempat melakukan Tindakan Karantina terhadap satwa liar yang dipelihara atau ditangkarkan secara in-situ dan/atau ex-situ, serta tindakan karantinanya dilakukan secara rutin dan berkelanjutan pada wilayah tempat pemeliharaan atau penangkaran.
14. Instalasi Karantina Pengamanan Maksimum adalah Instalasi Karantina yang dibangun oleh Pemerintah atau Pihak Lain yang dipergunakan untuk melaksanakan Tindakan Karantina terhadap Media Pembawa yang rentan.
15. Pihak Lain adalah perorangan atau badan usaha baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
16. Pemohon adalah Pihak Lain yang mengajukan permohonan penetapan Instalasi Karantina.
17. Aplikasi Penetapan Instalasi Karantina Hewan yang selanjutnya disingkat APIKH adalah sistem penetapan Instalasi Karantina dengan menggunakan perangkat sistem informasi dengan basis operasi Web.
18. Petugas Karantina Hewan yang selanjutnya disebut Petugas Karantina adalah pegawai negeri tertentu yang diberi tugas untuk melakukan Tindakan Karantina.
19. Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian yang selanjutnya disingkat UPT KP adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkup Badan Karantina Pertanian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Karantina Pertanian.
20. Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian Setempat yang selanjutnya disebut UPT KP Setempat adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkup Badan Karantina Pertanian yang terdekat dengan lokasi Instalasi Karantina.
21. Tim Verifikasi adalah Petugas Karantina di Kantor Pusat Badan Karantina Pertanian yang ditunjuk untuk melakukan verifikasi. <nowiki>22. Tim Penilai Kelayakan adalah Petugas Karantina di UPT KP yang ditunjuk.

Pasal 2

Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai dasar pelaksanaan penetapan Instalasi Karantina, dengan tujuan agar Instalasi Karantina yang telah ditetapkan dipergunakan sesuai dengan peruntukan dan fungsinya.

Pasal 3

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi Jenis Instalasi Karantina, Persyaratan Penetapan Instalasi Karantina, Tata Cara Penetapan Instalasi Karantina, dan Pengawasan.

BAB II JENIS INSTALASI KARANTINA
Pasal 4

(1) Untuk mencegah masuk, tersebar, dan keluarnya HPHK, dilakukan Tindakan Karantina.
(2) Tindakan Karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan di Instalasi Karantina di dalam atau di luar Tempat Pemasukan atau Tempat Pengeluaran.
(3) Instalasi Karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat disediakan oleh Pemerintah atau Pihak Lain.

Pasal 5

Instalasi Karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) terdiri atas Instalasi Karantina:

a. Sementara;
b. Permanen;
c. Pasca Masuk;
d. Pasca Masuk Permanen;
e. Pengamanan Maksimum; dan
f. di Negara Asal dan/atau di Negara Transit.

Pasal 6

(1) Instalasi Karantina Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a sebagai tempat untuk melakukan Tindakan Karantina terhadap Hewan, BAH, atau HBAH.
(2) Instalasi Karantina Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan untuk satu atau beberapa kali pengiriman dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun dan tidak dapat diperpanjang.

Pasal 7

(1) Instalasi Karantina Permanen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b sebagai tempat untuk melakukan Tindakan Karantina terhadap Hewan, BAH, atau HBAH.
(2) Instalasi Karantina Permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) tahun.
(3) Instalasi Karantina Permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diperpanjang sampai dengan 5 (lima) tahun.

Pasal 8

(1) Instalasi Karantina Pasca Masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c sebagai tempat untuk melakukan Tindakan Karantina terhadap Hewan yang berpotensi menularkan HPHK dan mempunyai sifat penularan serta cara mendeteksinya memerlukan masa pengamatan relatif lebih lama.
(2) Instalasi Karantina Pasca Masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan dalam jangka waktu 5 (lima) sampai dengan 10 (sepuluh) tahun.
(3) Instalasi Karantina Pasca Masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dipergunakan kembali selama masih memenuhi persyaratan teknis dan kajian risiko penyebaran penyakit hewan.

Pasal 9

(1) Instalasi Karantina Pasca Masuk Permanen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d sebagai tempat untuk melakukan Tindakan Karantina terhadap satwa liar yang dipelihara atau ditangkarkan secara in-situ dan/atau ex-situ.
(2) Instalasi Karantina Pasca Masuk Permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan selama masih memenuhi persyaratan teknis dan kajian risiko penyebaran penyakit hewan.

Pasal 10

(1) Instalasi Karantina Pengamanan Maksimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e sebagai tempat untuk melakukan Tindakan Karantina bagi pemasukan hewan yang rentan dari negara, area atau tempat yang masih tertular HPHK golongan I.
(2) Instalasi Karantina Pengamanan Maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berada di tempat atau lokasi yang terisolasi dari wilayah pengembangan budi daya ternak.
(3) Instalasi Karantina Pengamanan Maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan selama masih memenuhi persyaratan teknis dan kajian risiko penyebaran penyakit hewan.

Pasal 11

(1) Instalasi Karantina di Negara Asal dan/atau di Negara Transit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f sebagai tempat untuk melakukan Tindakan Karantina bagi Media Pembawa yang berasal dari suatu negara dan/atau negara transit.
(2) Instalasi Karantina di Negara Asal dan/atau di Negara Transit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan untuk Media Pembawa yang memiliki risiko tinggi bagi masuknya HPHK ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
(3) Instalasi Karantina di Negara Asal dan/atau di Negara Transit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipergunakan berdasarkan pertimbangan dokter hewan karantina.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Instalasi Karantina di Negara Asal dan/atau di Negara Transit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 12

(1) Media Pembawa yang dikenakan Tindakan Karantina di Instalasi Karantina berupa Media Pembawa yang:

a. memiliki risiko tinggi;
b. memerlukan tindakan karantina intensif;
c. memerlukan perlakuan tertentu; dan/atau
d. memerlukan tindakan karantina lebih lanjut.

(2) Media Pembawa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB III PERSYARATAN PENETAPAN INSTALASI KARANTINA

Bagian Kesatu Umum

Pasal 13

(1) Instalasi Karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) terdiri atas:

a. lahan;
b. bangunan;
c. peralatan; dan
d. sarana pendukung.

(2) Lahan, bangunan, peralatan, dan sarana pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditetapkan sebagai Instalasi Karantina milik Pihak Lain setelah memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis.
(3) Lahan, bangunan, peralatan, dan sarana pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditetapkan sebagai Instalasi Karantina milik Pemerintah setelah memenuhi persyaratan teknis dalam Peraturan Menteri ini.

Bagian Kedua Persyaratan Administrasi

Pasal 14

Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) meliputi:

a. akta pendirian perusahaan dan perubahannya untuk badan usaha, atau kartu identitas untuk perorangan;
b. Izin Gangguan Lingkungan (Hinder Ordonantie/HO), kecuali yang berlokasi di kawasan berikat, dan kawasan industri;
c. rekomendasi lokasi dari dinas kabupaten/kota yang membidangi fungsi kesehatan hewan; dan
d. surat pernyataan penguasaan lahan dan bangunan serta tidak berstatus sengketa, sesuai Format-1.
Pasal 15

Selain persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Pihak Lain yang akan membangun Instalasi Karantina Permanen, Instalasi Karantina Pasca Masuk, Instalasi Karantina Pasca Masuk Permanen, dan Instalasi Karantina Pengamanan Maksimum, harus mempunyai:

a. lokasi sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RT RW), dibuktikan dengan surat rekomendasi dari instansi berwenang; dan
b. dokumen pengolahan limbah, dibuktikan dengan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) dari instansi berwenang.

Bagian Ketiga Persyaratan Teknis

Pasal 16

(1) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) terdiri atas persyaratan lahan, bangunan, peralatan, dan sarana pendukung.
(2) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan:

a. jenis Media Pembawa;
b. risiko penyebaran HPHK, kesejahteraan hewan, atau keamanan produk melalui kajian risiko; dan
c. sosial budaya dan lingkungan.

(3) Persyaratan teknis sesuai dengan jenis media pembawa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Kajian risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b paling kurang didasarkan pada:

a. status dan situasi HPHK negara/daerah asal;
b. jarak pelabuhan/bandara ke lokasi Instalasi Karantina;
c. status dan situasi HPHK di lokasi Instalasi Karantina;
d. tingkat risiko yang dibawa oleh Media Pembawa;
e. jarak populasi rentan dengan lokasi yang akan diperuntukkan sebagai Instalasi Karantina; dan/atau

:f. jarak antar kandang, untuk Hewan.

Pasal 17

Persyaratan lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), sebagai berikut:

a. memiliki sumber air yang cukup sesuai dengan peruntukannya;
b. berada di lokasi bebas banjir dan berdrainase baik;
c. tersedia akses jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat atau lebih;
d. tersedia fasilitas bongkar muat; dan
e. tidak berada dekat dengan sentra peternakan dan perusahaan peternakan, untuk Instalasi Karantina bagi Hewan.
Pasal 18

(1) Persyaratan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), sebagai berikut:

a. berpagar keliling yang kuat dan rapat;
b. tersedia tempat untuk melakukan Tindakan Karantina;
c. mempunyai sirkulasi udara yang sehat;
d. atap bangunan terbuat dari asbes, genteng atau sejenisnya;
e. konstruksi bangunan harus memperhatikan keselamatan dan keamanan petugas;
f. mempunyai papan nama Instalasi Karantina sesuai dengan spesifikasi, sesuai Format-2; dan
g. mudah dibersihkan atau disucihamakan.

(2) Instalasi Karantina untuk Hewan, selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus:

a. menyediakan kandang isolasi, gudang pakan, dan tempat untuk melakukan tindakan pemeriksaan, pengamatan, perlakuan, dan pemusnahan;
b. mempunyai lantai kandang yang kuat, tidak licin dan dengan kemiringan 20 sampai dengan 40;
c. mempunyai konstruksi bangunan kandang yang memperhatikan keselamatan hewan;
d. aman dari gangguan lingkungan yang dapat menimbulkan stres; dan
e. memenuhi kebutuhan dasar fisik, psikologis hewan dan lingkungan yang memberikan rasa aman, nyaman, bebas dari rasa sakit, ketakutan, dan tertekan.

(3) Instalasi Karantina untuk BAH dan HBAH, selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus:

a. tersedia fasilitas pemeriksaan dan gudang atau tempat penyimpanan; dan
b. dapat menjamin produk di dalamnya tidak mengalami perubahan fisik, mutu, serta memperhatikan aspek keamanan pangan dan kehalalan bagi yang dipersyaratkan.
Pasal 19

Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), sebagai berikut:

a. memiliki alat komunikasi dan penerangan listrik;
b. tersedia sarana untuk melakukan Tindakan Karantina;
c. sarana terbuat dari bahan yang kuat, tidak mudah korosif, mudah dibersihkan, dan disucihamakan; dan
d. bagi Hewan, harus tersedia tempat pakan dan minum yang cukup sesuai kapasitas kandang.
Pasal 20

Persyaratan sarana pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), sebagai berikut:

a. memiliki fasilitas pengolahan limbah;
b. konstruksi dan sarana pendukung lain terbuat dari bahan yang kuat, tidak korosif, mudah dibersihkan dan disucihamakan; dan
c. bagi BAH dan HBAH harus tersedia tempat pemeriksaan organoleptik.
Pasal 21

(1) Untuk melaksanakan Tindakan Karantina, pemilik Instalasi Karantina harus menyediakan:

a. dokter hewan dan paramedik kesehatan hewan;
b. penanggung jawab pemeliharaan kandang dan hewan dan petugas penatausahaan/pencatatan kegiatan Instalasi Karantina; dan
c. bahan dan peralatan diagnostik.

(2) Dokter hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sebagai penanggung jawab pengelolaan dan pengawasan Instalasi Karantina dari aspek kesehatan hewan, kesehatan masyarakat veteriner dan/atau kesejahteraan hewan.
(3) Paramedik kesehatan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk membantu dokter hewan.
(4) Penanggung jawab pemeliharaan kandang dan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b sebagai pemelihara kondisi kandang, kebutuhan pakan, minum, dan obat hewan.
(5) Petugas penatausahaan/pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b sebagai petugas administrasi pengelolaan Instalasi Karantina.
(6) Bahan dan peralatan diagnostik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c digunakan dalam rangka pengujian atau deteksi penyakit hewan.

BAB IV TATA CARA PENETAPAN INSTALASI KARANTINA
Pasal 22

(1) Lahan, bangunan, peralatan, dan sarana pendukung milik Pihak Lain dapat ditetapkan sebagai Instalasi Karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a sampai dengan huruf e dengan mengajukan permohonan penetapan Instalasi Karantina.
(2) Permohonan penetapan Instalasi Karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Pihak Lain kepada Menteri melalui Kepala Badan Karantina Pertanian secara online melalui APIKH yang dapat diakses pada situs web (website) Badan Karantina Pertanian.
(3) Permohonan secara online sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan setelah Pihak Lain memiliki identitas pengguna (user id) dan kata kunci (password).
(4) Dalam hal APIKH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengalami gangguan, proses pengajuan sampai dengan penetapan Instalasi Karantina dapat dilakukan secara manual.
(5) Tata cara penetapan dan penggunaan APIKH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian.

Pasal 23

(1) Untuk memperoleh identitas pengguna (user id) dan kata kunci (password) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3) Pihak Lain melakukan pendaftaran melalui APIKH.
(2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan verifikasi untuk mengetahui profil pemohon oleh Tim Verifikasi.
(3) Jika hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) benar dan memenuhi syarat, diberikan identitas pengguna (user id) dan kata kunci (password).
(4) Jika hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak benar dan tidak memenuhi syarat, ditolak dan diberikan pemberitahuan secara online.

Pasal 24

(1) Identitas pengguna (user id) dan kata kunci (password) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) digunakan oleh pemohon untuk pendaftaran penetapan calon Instalasi Karantina.
(2) Identitas pengguna (user id) dan kata kunci (password) dapat digunakan untuk pengajuan penetapan lebih dari satu calon Instalasi Karantina bagi perusahaan yang masih dalam satu manajemen.
(3) Pendaftaran penetapan calon Instalasi Karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus disertai berkas asli pendaftaran penetapan calon Instalasi Karantina kepada Kepala Badan Karantina Pertanian.
(4) Berkas asli pendaftaran penetapan calon Instalasi Karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa kelengkapan persyaratan administrasi dan persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2).

Pasal 25

(1) Pemohon pada saat mengajukan pendaftaran penetapan calon Instalasi Karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) mengisi data calon Instalasi Karantina yang akan ditetapkan.
(2) Data calon Instalasi Karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat keterangan paling kurang:

a. nama dan alamat pemilik/Pemohon;
b. alamat lokasi;
c. kapasitas;
d. jenis Media Pembawa; dan
e. prasarana dan sarana yang dimiliki.

(3) Data calon Instalasi Karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan kelengkapan berkas persyaratan administrasi dan teknis dilakukan verifikasi oleh Tim Verifikasi.
(4) Jika hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) benar dan memenuhi syarat, digunakan sebagai bahan penilaian kelayakan.
(5) Jika hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak benar dan tidak memenuhi syarat, pendaftaran ditolak disertai dengan alasan penolakan dan disampaikan secara online.

Pasal 26

(1) Hasil verifikasi yang benar dan memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4) oleh Tim Verifikasi disampaikan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian.
(2) Kepala Badan Karantina Pertanian setelah menerima hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menugaskan Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani untuk membuat surat penugasan kepada Kepala UPT KP.

Pasal 27

Tim Verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), Pasal 25 ayat (3), dan Pasal 26 ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian.

Pasal 28

(1) Kepala UPT KP membentuk Tim Penilai Kelayakan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak surat penugasan dari Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani diterima.
(2) Tim Penilai Kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan penilaian pemenuhan persyaratan dan kelayakan teknis dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak Tim Penilai Kelayakan dibentuk.
(3) Tim Penilai Kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyampaikan hasil penilaian dan rekomendasi kepada Kepala UPT KP dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak penilaian persyaratan dan kelayakan teknis diselesaikan.
(4) Hasil penilaian dan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam bentuk laporan hasil penilaian kelayakan calon Instalasi Karantina.
(5) Kepala UPT KP menyampaikan surat pengantar yang berisi rekomendasi kepada Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani dalam jangka waktu paling lama 2 (hari) kerja terhitung sejak laporan hasil penilaian kelayakan calon Instalasi Karantina diterima.

Pasal 29

(1) Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani menerbitkan hasil verifikasi dan kajian terhadap rekomendasi hasil penilaian kelayakan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak surat Kepala UPT KP diterima.
(2) Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani menyampaikan hasil verifikasi dan kajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Badan Karantina Pertanian.
(3) Hasil verifikasi dan kajian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa rekomendasi persetujuan atau penolakan penetapan Instalasi Karantina.

Pasal 30

(1) Kepala Badan Karantina Pertanian setelah menerima rekomendasi persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3), menetapkan Instalasi Karantina dengan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian atas nama Menteri, sesuai Format-3.
(2) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Pemohon dan ditembuskan kepada Kepala UPT KP yang memberikan rekomendasi hasil penilaian kelayakan dan UPT KP tempat pemasukan dan/atau tempat pengeluaran melalui APIKH, dalam waktu paling lama 1 (satu) hari kerja.

Pasal 31

(1) Kepala Badan Karantina Pertanian setelah menerima rekomendasi penolakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3), menolak permohonan penetapan Instalasi Karantina dengan surat penolakan penetapan, sesuai Format-4.
(2) Surat penolakan penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Pemohon dan ditembuskan kepada Kepala UPT KP yang memberikan rekomendasi hasil penilaian kelayakan dan UPT KP tempat pemasukan dan/atau pengeluaran melalui APIKH, dalam waktu paling lama 1 (satu) hari kerja.

Pasal 32

(1) Ketentuan mengenai tata cara penetapan Instalasi Karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 sampai dengan Pasal 31 berlaku secara mutatis mutandis terhadap perpanjangan penetapan Instalasi Karantina, sepanjang tidak terjadi perubahan dokumen atau sarana dan prasarana Instalasi Karantina.
(2) Permohonan perpanjangan penetapan Instalasi Karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap mempergunakan dokumen administrasi yang disampaikan pada saat pengajuan penetapan Instalasi Karantina yang pertama kali.
(3) Permohonan perpanjangan penetapan Instalasi Karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa berlaku penetapan Instalasi Karantina.

Pasal 33

Format-1 sampai dengan Format-4 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf d, Pasal 18 ayat (1) huruf f, Pasal 30 ayat (1), dan Pasal 31 ayat

(1) tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB V PENGAWASAN
Pasal 34

(1) Pengawasan terhadap Instalasi Karantina yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dilakukan secara langsung dan tidak langsung oleh Petugas Karantina yang ditunjuk Kepala UPT KP Setempat.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan terhadap pemenuhan persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dan penggunaan Instalasi Karantina.

Pasal 35

(1) Pengawasan secara langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dilakukan oleh Petugas Karantina yang ditunjuk Kepala UPT KP Setempat dengan cara monitoring dan evaluasi paling kurang 1 (satu) kali dalam setahun.
(2) Pengawasan secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sewaktu-waktu apabila:

a. ditemukan ketidaksesuaian dengan persyaratan teknis;
b. terjadi perubahan kapasitas, sarana Instalasi Karantina; atau
c. terjadi keadaan kahar (force majeure).

(3) Pengawasan secara tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dilakukan melalui pelaporan penggunaan instalasi karantina.
(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib disampaikan oleh Pemilik dan/atau penanggung jawab Instalasi Karantina kepada Kepala UPT KP Setempat setiap 6 (enam) bulan sekali.
(5) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) dilaporkan oleh Kepala UPT KP Setempat kepada Kepala Badan Karantina Pertanian melalui Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani.

BAB VI KETENTUAN SANKSI
Pasal 36

Berdasarkan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (5) dapat dikenakan sanksi administratif sebagai berikut:

a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara penggunaan Instalasi Karantina; dan/atau
c. pencabutan penetapan Instalasi Karantina.
Pasal 37

(1) Berdasarkan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) dan ayat (2), Kepala UPT KP Setempat menyampaikan peringatan tertulis kepada pemilik dan/atau penanggung jawab Instalasi Karantina untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak surat peringatan diterima.
(2) Instalasi Karantina yang diberikan peringatan tertulis sebagaimana pada ayat (1) tidak dapat digunakan sebagai tempat pelaksanaan Tindakan Karantina sampai dengan dilakukan tindakan perbaikan.

Pasal 38

Pemilik dan/atau penanggung jawab Instalasi Karantina menyampaikan laporan tindakan perbaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) kepada Kepala UPT KP setempat.

Pasal 39

Kepala UPT KP Setempat menugaskan Petugas Karantina untuk melakukan penilaian langsung ke Instalasi Karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37.

Pasal 40

(1) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) pemilik dan/atau penanggung jawab Instalasi Karantina tidak melakukan tindakan perbaikan, diusulkan pencabutan penetapan Instalasi Karantina.
(2) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) pemilik dan/atau penanggung jawab Instalasi Karantina telah melakukan tindakan perbaikan, diusulkan pencabutan peringatan tertulis.
(3) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan oleh Petugas Karantina kepada Kepala UPT KP Setempat dalam bentuk laporan hasil penilaian.
(4) Kepala UPT KP Setempat menyampaikan laporan hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Kepala Badan Karantina Pertanian melalui Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani.

Pasal 41

(1) Instalasi Karantina yang tidak melakukan tindakan perbaikan berdasarkan laporan hasil penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (4), dilakukan pencabutan penetapan Instalasi Karantina dengan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian atas nama Menteri.
(2) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian atas nama Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada pemilik dan/atau penanggung jawab Instalasi Karantina dan ditembuskan kepada Kepala UPT KP Setempat dan UPT KP tempat pemasukan dan/atau tempat pengeluaran melalui APIKH, dalam waktu paling lama 1 (satu) hari kerja.

Pasal 42

(1) Instalasi Karantina yang telah melakukan tindakan perbaikan berdasarkan laporan hasil penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (4), dilakukan pencabutan peringatan tertulis oleh Kepala UPT KP Setempat.
(2) Pemberitahuan pencabutan peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan surat Kepala UPT KP Setempat dan disampaikan kepada pemilik dan/atau penanggung jawab Instalasi Karantina dan ditembuskan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian melalui Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani serta UPT KP tempat pemasukan dan/atau tempat pengeluaran melalui APIKH, dalam waktu paling lama 1 (satu) hari kerja.

Pasal 43

(1) Pemilik dan/atau penanggung jawab Instalasi Karantina yang tidak melaporkan penggunaan Instalasi Karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (4) dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36.
(2) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebagai berikut:

a. memberikan peringatan tertulis pertama kepada pemilik dan/atau penanggung jawab Instalasi Karantina untuk segera melaporkan penggunaan Instalasi Karantina;
b. memberikan peringatan tertulis kedua apabila dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak peringatan tertulis pertama diterima, pemilik dan/atau penanggung jawab Instalasi Karantina tidak melaporkan penggunaan Instalasi Karantina;
c. menghentikan sementara penggunaan Instalasi Karantina apabila dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak peringatan tertulis kedua diterima, pemilik dan/atau penanggung jawab Instalasi Karantina tidak melaporkan penggunaan Instalasi Karantina; dan/atau
d. mencabut penetapan Instalasi Karantina apabila dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak sanksi penghentian sementara dikenakan, pemilik dan/atau penanggung jawab Instalasi Karantina tidak melaporkan penggunaan Instalasi Karantina.
BAB VII KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 44

Instalasi Karantina milik Pihak Lain yang telah ditetapkan dan masih berlaku sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap berlaku dan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun harus menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini.

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 45

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 34/Permentan/OT.140/7/2006 tentang Persyaratan dan Tata Cara Penetapan Instalasi Karantina Hewan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 46

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

LAMPIRAN I

JENIS MEDIA PEMBAWA YANG DAPAT DILAKUKAN TINDAKAN KARANTINA DI INSTALASI KARANTINA YANG TELAH DITETAPKAN

NO GOLONGAN KLASIFIKASI JENIS KETERANGAN
1 2 3 4 5
1 Hewan Kingdom: animalia Filum:

Chordata Arthropoda

a. Mammalia 1) Artiodactyla: Sapi, Kerbau, Kambing, Rusa, Babi,

Kuda Nil, Unta, Lama, Bison, Bongo, Kijang, Banteng, Anoa, Babi Rusa, Jerapah, dan sejenisnya.

2) Carnivora: Anjing, Kucing, Musang, Luwak, Beruang,

Binturong, Singa, Harimau, Macan, Serigala, dan sejenisnya.

3) Perissodactyla: Kuda, Zebra, Keledai, Badak, Tapir, dan

sejenisnya.

4) Rodentia dan Lagomorpha: Tikus, Mencit, Kelinci, Marmut,

dan sejenisnya.

5) Primates: Kera/Monyet, OrangUtan, Kukang, Bekantan, Lutung,

Lemur, dan sejenisnya.

6) Chiroptera: Kelelawar, Kalong, dan sejenisnya.
7) Proboscidae: Gajah
8) Pholidota: Trenggiling
9) Scandentia : Tupai
10) Mamalia darat lainnya.
b. Aves 1) Ayam: Ras (Broiler, Layer), Kampung, Hutan, Bangkok, Serama,

Bekisar, dan sejenisnya

-˙ Bibit (GGPS/GPS/PS: DOC, Pullet), dan
-˙ Non Bibit (FS: DOC, ayam dewasa)
2) Burung: Puyuh, Merpati, Kakatua, Murai, dan sejenisnya -˙ Bibit (GGPS/GPS/PS: DOQ, Pullet), dan
-˙ Non Bibit (FS: DOQ, burung dewasa)
3) Unggas air  : Itik/Bebek, Angsa, Entok, dan sejenisnya -˙ Bibit (GGPS/GPS/PS:
DOD, Pullet), dan
-˙Non Bibit (FS: DOD, unggas air dewasa)
c. Reptilia Komodo, Biawak, Kadal, Ular, Iguana, Tokek, dan sejenisnya
2 Bahan Asal Hewan (BAH) a. Daging Daging ruminansia besar (sapi, kerbau), daging ruminansia kecil

(kambing, domba), daging unggas (ayam, kalkun, itik/bebek, angsa, merpati, belibis, dan lain-lain), daging babi, daging kuda, daging kelinci, lidah, pangkal lidah, bibir, buntut, dan lain-lain.

a.˙Daging tanpa tulang (bone less)
b.˙Daging bertulang (bone in)
b. Jeroan Hati, paru, ginjal, limpa, jantung, usus, dan lain-lain.
c. Susu segar Susu sapi, kerbau, kuda, kambing/domba, dan lain-lain.
d. Kulit mentah dan

setengah jadi

1) Kulit hewan besar: sapi, kerbau, dan lain-lain. Kulit mentah awet bentang kering,

kulit mentah awet garaman basah/kering (wet/dry salted), dan kulit mentah

2) Kulit hewan kecil: domba, kambing, babi, dan lain-lain.
3) Kulit satwa/reptil besar: buaya, dan lain-lain.
4) Kulit satwa/reptil kecil: kadal, tokek, ular, biawak, dan lain-lain.
e. BAH lainnya Sarang burung wallet, layang-layang: Sarang burung putih (Collocalia

fuciphagus), Sarang burung hitam (Collo- calia maxima), Sarang burung rumput (collocalia esculenta), dan lain-lain.

3 Hasil Bahan Olahan untuk industri Berupa tepung daging dan tulang (MBM), tepung unggas (PMM), tepung

darah, tepung daging, tepung bulu, tepung kulit telur, dan lain-lain.

Asal Hewan (HBAH)

Peraturan Menteri Pertanian No. 44/Permentan/OT.140/3/2014

Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 94/Permentan/OT.140/12/2011 Tentang Tempat Pemasukan Dan Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina Dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina

Pasal 1

1. Ketentuan Lampiran dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 94/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina diubah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

2. Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, ketentuan lain dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 94/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina dinyatakan masih tetap berlaku.

Pasal 2

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

LAMPIRAN
TEMPAT-TEMPAT PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT HEWAN KARANTINA DAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KARANTINA KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. Bandar Udara

No. Bandar Udara Lokasi UPT
1. Sultan Iskandar Muda Banda Aceh SKP Kelas I Banda Aceh
2. Maimun Saleh Sabang SKP Kelas I Banda Aceh
3. Kuala Namu Kuala Namu BKP Kelas II Medan
4. Hang Nadim Batam BKP Kelas I Batam
5. Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru BKP Kelas I Pekanbaru
6. Raja Haji Fisabilillah Tanjung Pinang BKP Kelas II Tanjung Pinang
7. Minangkabau Padang BKP Kelas I Padang
8. Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang BKP Kelas I Palembang
9. Soekarno Hatta Tangerang BBKP Soekarno Hatta
10. Halim Perdanakusuma Jakarta BBKP Soekarno Hatta
11. Husein Sastranegara Bandung SKP Kelas I Bandung
12. Ahmad Yani Semarang BKP Kelas I Semarang
13. Adi Sucipto Yogyakarta BKP Kelas II Yogyakarta
14. Adi Sumarmo Surakarta BKP Kelas II Yogyakarta
15. Juanda Surabaya BBKP Surabaya
16. Abdul Rachman Saleh Malang BBKP Surabaya
17. Supadio Kubu Raya BKP Kelas I Pontianak
18. Sepinggan Balikpapan BKP Kelas I Balikpapan
19. Juwata Tarakan BKP Kelas II Tarakan
20. Ngurah Rai Denpasar BKP Kelas I Denpasar
21. Bandara Internasional Lombok Lombok Tengah BKP Kelas I Mataram
22. Eltari Kupang BKP Kelas I Kupang
23. Hassanudin Makassar BBKP Makassar
24. Sam Ratulangi Manado BKP Kelas I Manado
25. Pattimura Ambon SKP Kelas I Ambon
26. Sentani Jayapura BKP Kelas I Jayapura
27. Mopah Mopah Merauke SKP Kelas I Merauke
28. Frans Kaisiepo Biak SKP Kelas I Biak
29. Moses Kilangin Timika SKP Kelas I Timika

B. Pelabuhan Laut/Pelabuhan Sungai

No. Pelabuhan Lokasi UPT
1. Malahayati Banda Aceh SKP Kelas I Banda Aceh
2. Krueng Geukuh Lhokseumawe SKP Kelas I Banda Aceh
3. Sabang Sabang SKP Kelas I Banda Aceh
4. Kuala Langsa Kuala Langsa SKP Kelas I Banda Aceh
5. Belawan Belawan BBKP Belawan
6. Sibolga Sibolga BBKP Belawan
7. Sekupang Batam BKP Kelas I Batam
8. Batu Ampar Batam BKP Kelas I Batam
9. Kabil Batam BKP Kelas I Batam
10. Harbourbay Batam BKP Kelas I Batam
11. Waterfront Batam BKP Kelas I Batam
12. Nongsa Batam BKP Kelas I Batam
13. Kuala Tanjung Batubara SKP Kelas I Tanjung Balai Asahan
14. Teluk Nibung Tanjung Balai SKP Kelas I Tanjung Balai Asahan
15. Siak Sri Indrapura Pekanbaru BKP Kelas I Pekanbaru
16. Dumai Dumai BKP Kelas I Pekanbaru
17. Bengkalis Bengkalis BKP Kelas I Pekanbaru
18. Tembilahan Tembilahan BKP Kelas I Pekanbaru
19. Kuala Enok Riau BKP Kelas I Pekanbaru
20. Sri Bintan Pura Tanjung Pinang BKP Kelas II Tanjung Pinang
21. Sri Payung Batu Enam Tanjung Pinang BKP Kelas II Tanjung Pinang
22. Pelantar II Tanjung Pinang BKP Kelas II Tanjung Pinang
23. Sri Bayintan Kab. Bintan BKP Kelas II Tanjung Pinang
24. Bandar Bentan Telani Kab. Bintan BKP Kelas II Tanjung Pinang
25. Sri Udana Kab. Bintan BKP Kelas II Tanjung Pinang
26. Sri Kuala Tanjung Kab. Bintan BKP Kelas II Tanjung Pinang
27. Jatty Baru Pulau Bulan BKP Kelas II Tanjung Pinang
28. Tanjung Balai Karimun Tanjung Balai Karimun SKP Kelas II Tanjung Balai Karimun
29. Tanjung Batu Karimun SKP Kelas II Tanjung Balai Karimun
30. Teluk Bayur Padang BKP Kelas I Padang
31. Talang Duku Jambi BKP Kelas I Jambi
32. Kuala Tungkal Jambi BKP Kelas I Jambi
33. Muara Sabak Jambi BKP Kelas I Jambi
34. Boom Baru Palembang BKP Kelas I Palembang
35. Pulau Baai Bengkulu SKP Kelas I Bengkulu
36. Pangkal Balam Pangkal Pinang BKP Kelas II Pangkal Pinang
37. Tanjung Pandan Tanjung Pandan BKP Kelas II Pangkal Pinang
38. Panjang Bandar Lampung BKP Kelas I Bandar Lampung
39. Ciwandan Banten BKP Kelas II Cilegon
40. Merak Mas Banten BKP Kelas II Cilegon
41. Cigading Banten BKP Kelas II Cilegon
42. Bojanegara Banten BKP Kelas II Cilegon
43. Tanjung Priok Jakarta BBKP Tanjung Priok
44. Cirebon Cirebon SKP Kelas I Bandung
45. Tanjung Emas Semarang BKP Kelas I Semarang
46. Tanjung Intan Cilacap SKP Kelas I Cilacap
47. Tanjung Perak Surabaya BBKP Surabaya
48. Gresik Gresik BBKP Surabaya
49. Tanjung Wangi Banyuwangi BBKP Surabaya
50. Tanjung Tembaga Probolinggo BBKP Surabaya
51. Dwikora-Pontianak Pontianak BKP Kelas I Pontianak
52. Sintete Sintete (Sambas) BKP Kelas I Pontianak
53. Sampit Sampit BKP Kelas II Palangkaraya
54. Panglima Utar Kumai Pangkalanbun BKP Kelas II Palangkaraya
55. Seruyan Seruyan BKP Kelas II Palangkaraya
56. Trisakti Banjarmasin BKP Kelas I Banjarmasin
57. Semayang Balikpapan BKP Kelas I Balikpapan
58. Kariangau Balikpapan BKP Kelas I Balikpapan
59. Sangatta Kutai Timur SKP Kelas I Samarinda
60. Samarinda Samarinda SKP Kelas I Samarinda
61. Nunukan Nunukan BKP Kelas II Tarakan
62. Sebatik Sebatik BKP Kelas II Tarakan
63. Malundung Tarakan BKP Kelas II Tarakan
64. Benoa Denpasar BKP Kelas I Denpasar
65. Lembar Lembar BKP Kelas I Mataram
66. Badas Sumbawa SKP Kelas I Sumbawa Besar
67. Benete Sumbawa SKP Kelas I Sumbawa Besar
68. Ipi Ende SKP Kelas II Ende
69. Tenau Kupang BKP Kelas I Kupang
70. Soekarno Hatta Makassar BBKP Makassar
71. Pare-Pare Pare-Pare SKP Kelas I Pare-Pare
72. Pantoloan Palu BKP Kelas II Palu
73. Kendari Kendari BKP Kelas II Kendari
74. Baubau Baubau BKP Kelas II Kendari
75. Gorontalo Gorontalo BKP Kelas II Gorontalo
76. Bitung Bitung BKP Kelas I Manado
77. Tahuna Sangihe BKP Kelas I Manado
78. Melanguane Talaud BKP Kelas I Manado
79. Ahmad Yani Ternate BKP Kelas II Ternate
80. Daruba Morotai BKP Kelas II Ternate
81. Jayapura Jayapura BKP Kelas I Jayapura
82. Biak Biak SKP Kelas I Biak
83. Fakfak Fakfak SKP Kelas I Sorong
84. Sorong Sorong SKP Kelas I Sorong
85. Manokwari Manokwari SKP Kelas II Manokwari
86. Amamapare Timika SKP Kelas I Timika
87. Merauke Merauke SKP Kelas I Merauke

C. Pos Pemeriksaan Lintas Batas

No. Perbatasan Lokasi UPT
1. PPLB Entikong Kab. Sanggau SKP Kelas I Entikong
2. PPLB Nanga Badau Kab. Kapuas Hulu SKP Kelas I Entikong
3. PPLB Jagoi Babang Kab. Bengkayang SKP Kelas I Entikong
4. PPLB Senaning Kab. Sintang SKP Kelas I Entikong
5. PPLB Aruk Kab. Sambas SKP Kelas I Entikong
6. PPLB Mota?ain Atambua BKP Kelas I Kupang
7. PPLB Metameuk Atambua BKP Kelas I Kupang
8. PPLB Napan Atambua BKP Kelas I Kupang
9. PPLB Wini Kab. Timor Tengah Utara BKP Kelas I Kupang
10. PPLB Turiskain Kab. Belu BKP Kelas I Kupang
11. PPLB Oepoli Kab. Kupang BKP Kelas I Kupang
12. PPLB Skow Jayapura BKP Kelas I Jayapura
13. PPLB Sota Sota SKP Kelas I Merauke

D. Kantor Pos

No. Kantor Pos Lokasi UPT
1. Banda Aceh Banda Aceh SKP Kelas I Banda Aceh
2. Tanjung Pinang Tanjung Pinang BKP Kelas II Tanjung Pinang
3. Pekanbaru Pekanbaru BKP Kelas I Pekanbaru
4. Batam Batam BKP Kelas I Batam
5. Padang Padang BKP Kelas I Padang
6. Jambi Jambi BKP Kelas I Jambi
7. Palembang Palembang BKP Kelas I Palembang
8. Bengkulu Bengkulu SKP Kelas I Bengkulu
9. Bandar Lampung Bandar Lampung BKP Kelas I Bandar Lampung
10. Jakarta Jakarta BBKP Tanjung Priok
11. Bogor Bogor BBKP Tanjung Priok
12. Soekarno Hatta Tangerang BBKP Soekarno Hatta
13. MPC Bandung Bandung SKP Kelas I Bandung
14. Purwokerto Purwokerto SKP Kelas I Cilacap
15. Semarang Semarang BKP Kelas I Semarang
16. Yogyakarta Yogyakarta BKP Kelas II Yogyakarta
17. Surabaya Surabaya BBKP Surabaya
18. Kediri Kediri BBKP Surabaya
19. Malang Malang BBKP Surabaya
20. Pontianak Pontianak BKP Kelas I Pontianak
21. Balikpapan Balikpapan BKP Kelas I Balikpapan
22. Tarakan Tarakan BKP Kelas II Tarakan
23. Denpasar Denpasar BKP Kelas I Denpasar
24. Mataram Mataram BKP Kelas I Mataram
25. Kupang Kupang BKP Kelas I Kupang
26. Makassar Makassar BBKP Makassar
27. Manado Manado BKP Kelas I Manado
28. Ambon Ambon SKP Kelas I Ambon
29. Ternate Ternate BKP Kelas II Ternate
30. Jayapura Jayapura BKP Kelas I Jayapura
31. Sorong Sorong SKP Kelas I Sorong
32. Timika Kota Timika SKP Kelas I Timika

E. Dry Port

No. Dry Port Lokasi UPT
1. Gede Bage Bandung SKP Kelas I Bandung
2. Cikarang Cikarang BBKP Tanjung Priok
TEMPAT-TEMPAT PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT HEWAN KARANTINA DAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KARANTINA DARI DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

A. Bandar Udara

No. Bandar Udara Lokasi UPT
1. Sultan Iskandar Muda Banda Aceh SKP Kelas I Banda Aceh
2. Maimun Saleh Sabang SKP Kelas I Banda Aceh
3. Kuala Namu Kuala Namu BKP Kelas II Medan
4. Hang Nadim Batam BKP Kelas I Batam
5. Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru BKP Kelas I Pekanbaru
6. Raja Haji Fisabilillah Tanjung Pinang BKP Kelas II Tanjung Pinang
7. Minangkabau Padang BKP Kelas I Padang
8. Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang BKP Kelas I Palembang
9. Depati Amir Pangkal Pinang BKP Kelas II Pangkal Pinang
10. HAS Hanadjoedin Tanjung Pandan BKP Kelas II Pangkal Pinang
11. Sultan Thaha Jambi BKP Kelas I Jambi
12. Fatmawati Soekarno Bengkulu SKP Kelas I Bengkulu
13. Radin Inten II Bandar Lampung BKP Kelas I Bandar Lampung
14. Soekarno Hatta Tangerang BBKP Soekarno Hatta
15. Halim Perdanakusuma Jakarta BBKP Soekarno Hatta
16. Husein Sastranegara Bandung SKP Kelas I Bandung
17. Ahmad Yani Semarang BKP Kelas I Semarang
18. Adi Sucipto Yogyakarta BKP Kelas II Yogyakarta
19. Adi Sumarmo Surakarta BKP Kelas II Yogyakarta
20. Juanda Surabaya BBKP Surabaya
21. Abdul Rachman Saleh Malang BBKP Surabaya
22. Supadio Kubu Raya BKP Kelas I Pontianak
23. Rahadi Oesman Ketapang BKP Kelas I Pontianak
24. Sepinggan Balikpapan BKP Kelas I Balikpapan
25. Tjilik Riwut Palangkaraya BKP Kelas II Palangkaraya
26. Iskandar Pangkalanbun BKP Kelas II Palangkaraya
27. Juwata Tarakan BKP Kelas II Tarakan
28. Syamsuddin Noor Banjarmasin BKP Kelas I Banjarmasin
29. Ngurah Rai Denpasar BKP Kelas I Denpasar
30. Bandara Internasional Lombok Lombok Tengah BKP Kelas I Mataram
31. Eltari Kupang BKP Kelas I Kupang
32. M. Salahuddin Bima SKP Kelas I Sumbawa Besar
33. Jalaluddin Gorontalo BKP Kelas II Gorontalo
34. Mutiara Palu BKP Kelas II Palu
35. Wolter Monginsidi/ Haluoleo Kendari BKP Kelas II Kendari
36. Hassanudin Makassar BBKP Makassar
37. Sam Ratulangi Manado BKP Kelas I Manado
38. Pattimura Ambon SKP Kelas I Ambon
39. Sultan Baabullah Ternate BKP Kelas II Ternate
40. Domine Edward Osok Sorong SKP Kelas I Sorong
41. Sentani Jayapura BKP Kelas I Jayapura
42. Frans Kaisiepo Biak SKP Kelas I Biak
43. Mopah Mopah Merauke SKP Kelas I Merauke
44. Moses Kilangin Timika SKP Kelas I Timika

B. Pelabuhan Laut/Pelabuhan Sungai

No. Pelabuhan Lokasi UPT
1. Malahayati / Krueng Raya Banda Aceh SKP Kelas I Banda Aceh
2. Krueng Geukuh Lhokseumawe SKP Kelas I Banda Aceh
3. Sabang Sabang SKP Kelas I Banda Aceh
4. Meulaboh Meulaboh SKP Kelas I Banda Aceh
5. Kuala Langsa Kuala Langsa SKP Kelas I Banda Aceh
6. Labuan Haji Aceh Selatan SKP Kelas I Banda Aceh
7. Belawan Belawan BBKP Belawan
8. Sibolga Sibolga BBKP Belawan
9. Gunung Sitoli Gunung Sitoli BBKP Belawan
10. Sekupang Batam BKP Kelas I Batam
11. Batu Ampar Batam BKP Kelas I Batam
12. Kabil Batam BKP Kelas I Batam
13. Harbourbay Batam BKP Kelas I Batam
14. Waterfront Batam BKP Kelas I Batam
15. Nongsa Batam BKP Kelas I Batam
16. Teluk Nibung Tanjung Balai SKP Kelas I Tanjung Balai Asahan
17. Kuala Tanjung Batubara SKP Kelas I Tanjung Balai Asahan
18. Tanjung Tiram Batubara SKP Kelas I Tanjung Balai Asahan
19. Tanjung Balai Karimun Tanjung Balai Karimun SKP Kelas II Tanjung Balai Karimun
20. Tanjung Batu Karimun SKP Kelas II Tanjung Balai Karimun
21. Rumbai Pekanbaru BKP Kelas I Pekanbaru
22. Tanjung Buton Kab. Siak BKP Kelas I Pekanbaru
23. Sungai Pakning Kab. Bengkalis BKP Kelas I Pekanbaru
24. Dumai Dumai BKP Kelas I Pekanbaru
25. Pelintung Dumai BKP Kelas I Pekanbaru
26. Lubuk Gaung Dumai BKP Kelas I Pekanbaru
27. Petak Panjang Dumai BKP Kelas I Pekanbaru
28. Bengkalis Bengkalis BKP Kelas I Pekanbaru
29. Tembilahan Tembilahan BKP Kelas I Pekanbaru
30. Selat Panjang Selat Panjang BKP Kelas I Pekanbaru
31. Sungai Guntung Sungai Guntung BKP Kelas I Pekanbaru
32. Kuala Enok Kuala Enok BKP Kelas I Pekanbaru
33. Kuala Gaung Kuala Gaung BKP Kelas I Pekanbaru
34. Siak Sri Indrapura Pekanbaru BKP Kelas I Pekanbaru
35. Sungai Duku Pekanbaru BKP Kelas I Pekanbaru
36. Sri Bintan Pura Tanjung Pinang BKP Kelas II Tanjung Pinang
37. Sri Payung Batu Enam Tanjung Pinang BKP Kelas II Tanjung Pinang
38. Pelantar II Tanjung Pinang BKP Kelas II Tanjung Pinang
39. Sri Bayintan Kab. Bintan BKP Kelas II Tanjung Pinang
40. Bandar Bentan Telani Kab. Bintan BKP Kelas II Tanjung Pinang
41. Sri Udana Kab. Bintan BKP Kelas II Tanjung Pinang
42. Sri Kuala Tanjung Kab. Bintan BKP Kelas II Tanjung Pinang
43. Jatty Baru Pulau Bulan BKP Kelas II Tanjung Pinang
44. Teluk Bayur Padang BKP Kelas I Padang
45. Kuala Tungkal Jambi BKP Kelas I Jambi
46. Talang Duku Jambi BKP Kelas I Jambi
47. Muara Saba Jambi BKP Kelas I Jambi
48. Boom Baru Palembang BKP Kelas I Palembang
49. Pulau Baai Bengkulu SKP Kelas I Bengkulu
50. Pangkal Balam Pangkal Pinang BKP Kelas II Pangkal Pinang
51. Muntok Bangka BKP Kelas II Pangkal Pinang
52. Sungai Selan Bangka BKP Kelas II Pangkal Pinang
53. Tanjung Pandan Tanjung Pandan BKP Kelas II Pangkal Pinang
54. Tanjung Roe Pegantungan Belitung BKP Kelas II Pangkal Pinang
55. Manggar Belitung BKP Kelas II Pangkal Pinang
56. Panjang Bandar Lampung BKP Kelas I Bandar Lampung
57. Ciwandan Banten BKP Kelas II Cilegon
58. Cigading Banten BKP Kelas II Cilegon
59. Merak Mas Banten BKP Kelas II Cilegon
60. Bojanegara Banten BKP Kelas II Cilegon
61. Tanjung Priok Jakarta BBKP Tanjung Priok
62. Cirebon Cirebon SKP Kelas I Bandung
63. Tanjung Emas Semarang BKP Kelas I Semarang
64. Tanjung Intan Cilacap SKP Kelas I Cilacap
65. Tanjung Perak Surabaya BBKP Surabaya
66. Tanjung Wangi Banyuwangi BBKP Surabaya
67. Gresik Gresik BBKP Surabaya
68. Tanjung Tembaga Probolinggo BBKP Surabaya
69. Sintete Sintete (Sambas) BKP Kelas I Pontianak
70. Dwikora-Pontianak Pontianak BKP Kelas I Pontianak
71. Suka Bangun Ketapang BKP Kelas I Pontianak
72. Sampit Sampit BKP Kelas II Palangkaraya
73. Panglima Utar Kumai Pangkalanbun BKP Kelas II Palangkaraya
74. Seruyan Seruyan BKP Kelas II Palangkaraya
75. Trisakti Banjarmasin BKP Kelas I Banjarmasin
76. Tarjun Tanah Bumbu BKP Kelas I Banjarmasin
77. Semayang Balikpapan BKP Kelas I Balikpapan
78. Kariangau Balikpapan BKP Kelas I Balikpapan
79. Sangatta Kutai Timur SKP Kelas I Samarinda
80. Samarinda Samarinda SKP Kelas I Samarinda
81. Bontang Bontang SKP Kelas I Samarinda
82. Malundung Tarakan BKP Kelas II Tarakan
83. Nunukan Nunukan BKP Kelas II Tarakan
84. Sebatik Sebatik BKP Kelas II Tarakan
85. Benoa Denpasar BKP Kelas I Denpasar
86. Celukan Bawang Buleleng BKP Kelas I Denpasar
87. Lembar Lembar BKP Kelas I Mataram
88. Benete Sumbawa SKP Kelas I Sumbawa Besar
89. Badas Sumbawa SKP Kelas I Sumbawa Besar
90. Bima Bima SKP Kelas I Sumbawa Besar
91. Reo Manggarai SKP Kelas II Ende
92. Ipi Ende SKP Kelas II Ende
93. Maropokot Maropokot SKP Kelas II Ende
94. Maumere Maumere SKP Kelas II Ende
95. Larantuka Larantuka SKP Kelas II Ende
96. Maumbawa Maumbawa SKP Kelas II Ende
97. Aimere Aimere SKP Kelas II Ende
98. Lembata Lembata SKP Kelas II Ende
99. Kalabahi Alor BKP Kelas I Kupang
100. Tenau Kupang BKP Kelas I Kupang
101. Soekarno Hatta Makassar BBKP Makassar
102. Paotere Makassar BBKP Makassar
103. Selayar Selayar BBKP Makassar
104. Bulukumba Bulukumba BBKP Makassar
105. Jeneponto Jeneponto BBKP Makassar
106. Pomalaa Pomalaa SKP Kelas I Pare-Pare
107. Balantan Malili, Kab. Luwu Utara SKP Kelas I Pare-Pare
108. Nusantara Pare-Pare Pare-Pare SKP Kelas I Pare-Pare
109. Mamuju Mamuju SKP Kelas II Mamuju
110. Baubau Baubau BKP Kelas II Kendari
111. Kendari Kendari BKP Kelas II Kendari
112. Kolaka Kolaka BKP Kelas II Kendari
113. Pantoloan Palu BKP Kelas II Palu
114. Donggala Donggala BKP Kelas II Palu
115. Bitung Bitung BKP Kelas I Manado
116. Tahuna Sangihe BKP Kelas I Manado
117. Melanguane Talaud BKP Kelas I Manado
118. Lirang Talaud BKP Kelas I Manado
119. Amurang Minahasa Selatan BKP Kelas I Manado
120. Kwandang Kwandang BKP Kelas II Gorontalo
121. Anggrek Gorontalo BKP Kelas II Gorontalo
122. Gorontalo Gorontalo BKP Kelas II Gorontalo
123. Ahmad Yani Ternate BKP Kelas II Ternate
124. Daruba Morotai BKP Kelas II Ternate
125. Tobelo Tobelo BKP Kelas II Ternate
126. Jayapura Jayapura BKP Kelas I Jayapura
127. Biak Biak SKP Kelas I Biak
128. Serui Serui SKP Kelas I Biak
129. Fakfak Fakfak SKP Kelas I Sorong
130. Sorong Sorong SKP Kelas I Sorong
131. Manokwari Manokwari SKP Kelas II Manokwari
132. Amamapare Timika SKP Kelas I Timika
133. Merauke Merauke SKP Kelas I Merauke
134. Asikie Boven Digul SKP Kelas I Merauke

C. Pos Pemeriksaan Lintas Batas

No. Perbatasan Lokasi UPT
1. PPLB Entikong Kab. Sanggau SKP Kelas I Entikong
2. PPLB Nanga Badau Kab. Kapuas Hulu SKP Kelas I Entikong
3. PPLB Jagoi Babang Kab. Bengkayang SKP Kelas I Entikong
4. PPLB Senaning Kab. Sintang SKP Kelas I Entikong
5. PPLB Aruk Kab. Sambas SKP Kelas I Entikong
6. PPLB Mota?ain Atambua BKP Kelas I Kupang
7. PPLB Metameuk Atambua BKP Kelas I Kupang
8. PPLB Napan Atambua BKP Kelas I Kupang
9. PPLB Wini Kab. Timor Tengah Utara BKP Kelas I Kupang
10. PPLB Turiskain Kab. Belu BKP Kelas I Kupang
11. PPLB Oepoli Kab. Kupang BKP Kelas I Kupang
12. PPLB Skow Jayapura BKP Kelas I Jayapura
13. PPLB Sota Sota SKP Kelas I Merauke

D. Kantor Pos

No. Kantor Pos Lokasi UPT
1. Banda Aceh Banda Aceh SKP Kelas I Banda Aceh
2. Medan Medan BKP Kelas II Medan
3. Pematang Siantar Pematang Siantar BKP Kelas II Medan
4. Tanjung Pinang Tanjung Pinang BKP Kelas II Tanjung Pinang
5. Pekanbaru Pekanbaru BKP Kelas I Pekanbaru
6. Batam Batam BKP Kelas I Batam
7. Padang Padang BKP Kelas I Padang
8. Jambi Jambi BKP Kelas I Jambi
9. Palembang Palembang BKP Kelas I Palembang
10. Bengkulu Bengkulu SKP Kelas I Bengkulu
11. Bandar Lampung Bandar Lampung BKP Kelas I Bandar Lampung
12. Jakarta Jakarta BBKP Tanjung Priok
13. Bogor Bogor BBKP Tanjung Priok
14. Soekarno Hatta Tangerang BBKP Soekarno Hatta
15. MPC Bandung Bandung SKP Kelas I Bandung
16. Purwokerto Purwokerto SKP Kelas I Cilacap
17. Semarang Semarang BKP Kelas I Semarang
18. Yogyakarta Yogyakarta BKP Kelas II Yogyakarta
19. Surabaya Surabaya BBKP Surabaya
20. Kediri Kediri BBKP Surabaya
21. Malang Malang BBKP Surabaya
22. Pontianak Pontianak BKP Kelas I Pontianak
23. Balikpapan Balikpapan BKP Kelas I Balikpapan
24. Tarakan Tarakan BKP Kelas II Tarakan
25. Denpasar Denpasar BKP Kelas I Denpasar
26. Mataram Mataram BKP Kelas I Mataram
27. Kupang Kupang BKP Kelas I Kupang
28. Makassar Makassar BBKP Makassar
29. Manado Manado BKP Kelas I Manado
30. Ambon Ambon SKP Kelas I Ambon
31. Ternate Ternate BKP Kelas II Ternate
32. Jayapura Jayapura BKP Kelas I Jayapura
33. Sorong Sorong SKP Kelas I Sorong
34. Timika Kota Timika SKP Kelas I Timika

E. Dry Port

No. Dry Port Lokasi UPT
1. Gede Bage Bandung SKP Kelas I Bandung
2. Cikarang Cikarang BBKP Tanjung Priok
TEMPAT-TEMPAT PEMASUKAN DAN PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT HEWAN KARANTINA DAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KARANTINA DI DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA (ANTAR AREA)

A. Bandara Udara

No. Bandar Udara Lokasi UPT
1. Sultan Iskandar Muda Banda Aceh SKP Kelas I Banda Aceh
2. Cut Nyak Dien Meulaboh SKP Kelas I Banda Aceh
3. Malukul Saleh Lhok Seumawe SKP Kelas I Banda Aceh
4. Maimun Saleh Sabang SKP Kelas I Banda Aceh
5. Lasikin Sinabang SKP Kelas I Banda Aceh
6. Kuala Namu Kuala Namu BKP Kelas II Medan
7. Aek Godang Padang Sidempuan BBKP Belawan
8. Hang Nadim Batam BKP Kelas I Batam
9. Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru BKP Kelas I Pekanbaru
10. Pinang Kampai Dumai BKP Kelas I Pekanbaru
11. Tempuling Tembilahan BKP Kelas I Pekanbaru
12. Japura Rengat BKP Kelas I Pekanbaru
13. Raja Haji Fisabilillah Tanjung Pinang BKP Kelas II Tanjung Pinang
14. Sei Bati Tanjung Balai Karimun SKP Kelas II Tanjung Balai Karimun
15. Minangkabau Padang BKP Kelas I Padang
16. Sultan Thaha Jambi BKP Kelas I Jambi
17. Fatmawati Soekarno Bengkulu SKP Kelas I Bengkulu
18. Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang BKP Kelas I Palembang
19. Silampari Kota Lubuk Linggau BKP Kelas I Palembang
20. Depati Amir Pangkal Pinang BKP Kelas II Pangkal Pinang
21. HAS Hanandjoeddin Tanjung Pandan BKP Kelas II Pangkal Pinang
22. Radin Inten II Bandar Lampung BKP Kelas I Bandar Lampung
23. Soekarno-Hatta Tangerang BBKP Soekarno-Hatta
24. Halim Perdanakusuma Jakarta BBKP Soekarno-Hatta
25. Husein Sastranegara Bandung SKP Kelas I Bandung
26. Ahmad Yani Semarang BKP Kelas I Semarang
27. Tunggul Wulung Cilacap SKP Kelas I Cilacap
28. Adi Sucipto Yogyakarta BKP Kelas II Yogyakarta
29. Adi Sumarmo Surakarta BKP Kelas II Yogyakarta
30. Juanda Surabaya BBKP Surabaya
31. Abdul Rachman Saleh Malang BBKP Surabaya
32. Supadio Kubu Raya BKP Kelas I Pontianak
33. Rahadi Oesman Ketapang BKP Kelas I Pontianak
34. Susilo Kab. Sintang SKP Kelas I Entikong
35. Syamsudin Noor Banjarmasin BKP Kelas I Banjarmasin
36. Stagen Kota Baru BKP Kelas I Banjarmasin
37. Sepinggan Balikpapan BKP Kelas I Balikpapan
38. Temindung Samarinda SKP Kelas I Samarinda
39. Tjilik Riwut Palangkaraya BKP Kelas II Palangkaraya
40. H. Hasan Sampit BKP Kelas II Palangkaraya
41. Iskandar Pangkalanbun BKP Kelas II Palangkaraya
42. Juwata Tarakan BKP Kelas II Tarakan
43. Kalimarau Berau BKP Kelas II Tarakan
44. Ngurah Rai Denpasar BKP Kelas I Denpasar
45. Bandara Internasional Lombok Lombok Tengah BKP Kelas I Mataram
46. M. Salahudin Bima SKP Kelas I Sumbawa Besar
47. Brang Biji Sumbawa Barat SKP Kelas I Sumbawa Besar
48. Eltari Kupang BKP Kelas I Kupang
49. Kalabahi Alor BKP Kelas I Kupang
50. Tambolaka Sumba Barat BKP Kelas I Kupang
51. Mau Hau Waingapu BKP Kelas I Kupang
52. Haliwen Kab. Belu BKP Kelas I Kupang
53. Likunik Kab. Rote BKP Kelas I Kupang
54. Terdamu Kab. Sabu BKP Kelas I Kupang
55. Hasan Arubusman Ende SKP Kelas II Ende
56. Satar Tacik Ruteng SKP Kelas II Ende
57. Hassanudin Makassar BBKP Makassar
58. Pongtiku Tanah Toraja SKP Kelas I Pare-Pare
59. Andi Jemma Masamba SKP Kelas I Pare-Pare
60. Soroako Malili SKP Kelas I Pare-Pare
61. Tampapadang Mamuju SKP Kelas II Mamuju
62. Mutiara Palu BKP Kelas II Palu
63. Kasiguncu Poso BKP Kelas II Palu
64. Lalos Toli-Toli BKP Kelas II Palu
65. Bubung Luwuk BKP Kelas II Palu
66. Betoambari Baubau BKP Kelas II Kendari
67. Wolter Monginsidi/ Haluoleo Kendari BKP Kelas II Kendari
68. Sangia Ni Bandera Kolaka BKP Kelas II Kendari
69. Jalaludin Gorontalo BKP Kelas II Gorontalo
70. Sam Ratulangi Manado BKP Kelas I Manado
71. Naha Tahuna BKP Kelas I Manado
72. Pattimura Ambon SKP Kelas I Ambon
73. Sultan Babullah Ternate BKP Kelas II Ternate
74. Emalamo Sanana BKP Kelas II Ternate
75. Morotai Morotai BKP Kelas II Ternate
76. Usman Sadik Bacan BKP Kelas II Ternate
77. Sentani Jayapura BKP Kelas I Jayapura
78. Wamena Jayapura BKP Kelas I Jayapura
79. Frans Kaisiepo Biak SKP Kelas I Biak
80. Soedjarwo Condronegoro Serui Serui SKP Kelas I Biak
81. Nabire Nabire SKP Kelas I Biak
82. Domine Edward Osok Kota Sorong SKP Kelas I Sorong
83. Torea Kab Fak-fak SKP Kelas I Sorong
84. Utarum Kab. Kaimana SKP Kelas I Sorong
85. Teminabuan Kab. Sorong Selatan SKP Kelas I Sorong
86. Rendani Manokwari SKP Kelas II Manokwari
87. Serui Serui SKP Kelas I Biak
88. Moses Kilangin Timika SKP Kelas I Timika
89. Mopah Mopah Merauke SKP Kelas I Merauke

B. Pelabuhan Laut, Pelabuhan Sungai dan Pelabuhan Penyeberangan

No Pelabuhan Lokasi UPT
1. Malahayati/Krueng Raya Banda Aceh SKP Kelas I Banda Aceh
2. Labuhan Haji Aceh Selatan SKP Kelas I Banda Aceh
3. Krueng Geukuh Lhokseumawe SKP Kelas I Banda Aceh
4. Sabang Sabang SKP Kelas I Banda Aceh
5. Balohan Sabang SKP Kelas I Banda Aceh
6. Meulaboh Meulaboh SKP Kelas I Banda Aceh
7. Sinabang Sinabang SKP Kelas I Banda Aceh
8. Kuala Langsa Kuala Langsa SKP Kelas I Banda Aceh
9. Ulee Lheue Banda Aceh SKP Kelas I Banda Aceh
10. Pangkalan Susu Medan BKP Kelas II Medan
11. Belawan Belawan BBKP Belawan
12. Sibolga Sibolga BBKP Belawan
13. Gunung Sitoli Gunung Sitoli BBKP Belawan
14. Sekupang Batam BKP Kelas I Batam
15. Batam Center Batam BKP Kelas I Batam
16. Batu Ampar Batam BKP Kelas I Batam
17. Kabil Batam BKP Kelas I Batam
18. Telaga Pungkur Batam BKP Kelas I Batam
19. Teluk Nibung Tanjung Balai SKP Kelas I Tanjung Balai Asahan
20. Labuhan Bilik Labuhan Batu SKP Kelas I Tanjung Balai Asahan
21. Bagan Asahan Asahan SKP Kelas I Tanjung Balai Asahan
22 Kuala Tanjung Batubara SKP Kelas I Tanjung Asahan
23. Tanjung Tiram Batubara SKP Kelas I Tanjung Asahan
24. Tanjung Leidong Labuhan Batu Utara SKP Kelas I Tanjung Asahan
25. Tanjung Sarang Elang Labuhan Batu SKP Kelas I Tanjung Asahan
26. Siak Sri Indrapura Kab. Siak BKP Kelas I Pekanbaru
27. Sungai Duku Pekanbaru BKP Kelas I Pekanbaru
28. Rumbai Pekanbaru BKP Kelas I Pekanbaru
29. Tanjung Buton Kab. Siak BKP Kelas I Pekanbaru
30. Sungai Pakning Pekanbaru BKP Kelas I Pekanbaru
31. Dumai Dumai BKP Kelas I Pekanbaru
32. Pelintung Dumai BKP Kelas I Pekanbaru
33. Lubuk Gaung Dumai BKP Kelas I Pekanbaru
34. Petak Panjang Dumai BKP Kelas I Pekanbaru
35. Selat Baru Bengkalis BKP Kelas I Pekanbaru
36. Tembilahan Tembilahan BKP Kelas I Pekanbaru
37. Selat Panjang Selat Panjang BKP Kelas I Pekanbaru
38. Sungai Guntung Sungai Guntung BKP Kelas I Pekanbaru
39. Kuala Enok Kuala Enok BKP Kelas I Pekanbaru
40. Kuala Gaung Kuala Gaung BKP Kelas I Pekanbaru
41. Pulau Kijang Pulau Kijang BKP Kelas I Pekanbaru
42. Teluk Pinang Teluk Pinang BKP Kelas I Pekanbaru
43. Bagan Siapi-api Bagan Siapi-api BKP Kelas I Pekanbaru
44. Sri Bintan Pura Tanjung Pinang BKP Kelas II Tanjung Pinang
45. Sri Payung Batu Enam Tanjung Pinang BKP Kelas II Tanjung Pinang
46. Pelantar II Tanjung Pinang BKP Kelas II Tanjung Pinang
47. Sri Bayintan Kab. Bintan BKP Kelas II Tanjung Pinang
48. Bandar Bentan Telani Kab. Bintan BKP Kelas II Tanjung Pinang
49. Sri Udana Kab. Bintan BKP Kelas II Tanjung Pinang
50. ASDP Tanjung Uban Kab.Bintan BKP Kelas II Tanjung Pinang
51. Sri Kuala Tanjung Kab. Bintan BKP Kelas II Tanjung Pinang
52. Jatty Baru Pulau Bulan BKP Kelas II Tanjung Pinang
53. Parit Rampak Pulau Karimun (Kab. Karimun) SKP Kelas II Tanjung Karimun
54. Tanjung Balai Karimun Tanjung Balai Karimun SKP Kelas II Tanjung Karimun
55. Tanjung Batu Pulau Kundur (Kab. Karimun) SKP Kelas II Tanjung Karimun
56. Moro P.Sugi, Kab. Karimun SKP Kelas II Tanjung Karimun
57. Teluk Bayur Padang BKP Kelas I Padang
58. Sungai Muara Padang BKP Kelas I Padang
59. Bungus Padang BKP Kelas I Padang
60. Sikakap Mentawai BKP Kelas I Padang
61. Siberut Mentawai BKP Kelas I Padang
62. Tua Pejat Mentawai BKP Kelas I Padang
63. Kuala Tungkal Jambi BKP Kelas I Jambi
64. Talang Duku Jambi BKP Kelas I Jambi
65. Muara Sabak Jambi BKP Kelas I Jambi
66. Pulau Baai Bengkulu SKP Kelas I Bengkulu
67. Boom Baru Palembang BKP Kelas I Palembang
68. Tanjung Api-Api Palembang BKP Kelas I Palembang
69. Pangkal Balam Pangkal Pinang BKP Kelas II Pangkal Pinang
70. Muntok Bangka BKP Kelas II Pangkal Pinang
71. Sungai Selan Bangka BKP Kelas II Pangkal Pinang
72. Tanjung Pandan Tanjung Pandan BKP Kelas II Pangkal Pinang
73. Tanjung Roe Pegantungan Belitung BKP Kelas II Pangkal Pinang
74. Manggar Belitung BKP Kelas II Pangkal Pinang
75. Panjang Bandar Lampung BKP Kelas I Bandar Lampung
76. Bakauheni Bandar Lampung BKP Kelas I Bandar Lampung
77. Ciwandan Banten BKP Kelas II Cilegon
78. Bojanegara BNR Serang BKP Kelas II Cilegon
79. Cigading Banten BKP Kelas II Cilegon
80. Merak Banten BKP Kelas II Cilegon
81. Merak Mas Banten BKP Kelas II Cilegon
82. Labuhan Pandeglang BKP Kelas II Cilegon
83. Karangantu Serang BKP Kelas II Cilegon
84. Tanjung Priok Jakarta BBKP Tanjung Priok
85. Sunda Kelapa Jakarta BBKP Tanjung Priok
86. Cirebon Cirebon SKP Kelas I Bandung
87. Tanjung Emas Semarang BKP Kelas I Semarang
88. Juwana Pati BKP Kelas I Semarang
89. Tegal Tegal BKP Kelas I Semarang
90. Tanjung Intan Cilacap SKP Kelas I Cilacap
91. Tanjung Perak Surabaya BBKP Surabaya
92. Tanjung Wangi Banyuwangi BBKP Surabaya
93. Kalbut Situbondo BBKP Surabaya
94. Jangkar Situbondo BBKP Surabaya
95. Sangkapura Bawean BBKP Surabaya
96. Ketapang Banyuwangi BBKP Surabaya
97. Gresik Gresik BBKP Surabaya
98. Sedayu Lawas Lamongan BBKP Surabaya
99. Kalibuntu Probolinggo BBKP Surabaya
100. Paciran Lamongan BBKP Surabaya
101. Tanjung Tembaga Probolinggo BBKP Surabaya
102. Kamal Bangkalan SKP Kelas II Bangkalan
103. Telaga Biru Bangkalan SKP Kelas II Bangkalan
104. Beranta Pamekasan SKP Kelas II Bangkalan
105. Nepa Sampang SKP Kelas II Bangkalan
106. Kalianget Sumenep SKP Kelas II Bangkalan
107. Sapudi Sumenep SKP Kelas II Bangkalan
108. Jembatan Penyeberangan Suramadu Penghubung Antara Pulau Madura dengan Surabaya SKP Kelas II Bangkalan
109. Kangean Sumenep SKP Kelas II Bangkalan
110. Dwikora-Pontianak Pontianak BKP Kelas I Pontianak
111. Pemangkat Pemangkat BKP Kelas I Pontianak
112. Sintete Sintete BKP Kelas I Pontianak
113. Suka Bangun Ketapang BKP Kelas I Pontianak
114. Trisakti Banjarmasin BKP Kelas I Banjarmasin
115. Batulicin Tanah Bumbu BKP Kelas I Banjarmasin
116. Kotabaru Kota Baru BKP Kelas I Banjarmasin
117. Pagatan Tanah Bumbu BKP Kelas I Banjarmasin
118. Asam-asam Tanah Bumbu BKP Kelas I Banjarmasin
119. Tarjun Tanah Bumbu BKP Kelas I Banjarmasin
120. Panglima Utar Kumai Pangkalanbun BKP Kelas II Palangkaraya
121. Sampit Sampit BKP Kelas II Palangkaraya
122. Samuda Samuda BKP Kelas II Palangkaraya
123. Seruyan Seruyan BKP Kelas II Palangkaraya
124. Semayang Balikpapan BKP Kelas I Balikpapan
125. Kampung Baru Balikpapan BKP Kelas I Balikpapan
126. Pondong Kab. Paser BKP Kelas I Balikpapan
127. Kariangau Balikpapan BKP Kelas I Balikpapan
128. Sangatta Kutai Timur SKP Kelas I Samarinda
129. Samarinda Samarinda SKP Kelas I Samarinda
130. Bontang Bontang SKP Kelas I Samarinda
131. Malundung Tarakan BKP Kelas II Tarakan
132. Nunukan Nunukan BKP Kelas II Tarakan
133. Tanjung Redeb Berau BKP Kelas II Tarakan
134. Tanjung Selor Tanjung Selor/ Bulungan BKP Kelas II Tarakan
135. Sebatik Sebatik BKP Kelas II Tarakan
136. Benoa Denpasar BKP Kelas I Denpasar
137. Gilimanuk Gilimanuk BKP Kelas I Denpasar
138. Padang Bai Padang Bai BKP Kelas I Denpasar
139. Celukan Bawang Buleleng BKP Kelas I Denpasar
140. Sangsit Singaraja BKP Kelas I Denpasar
141. Lembar Lembar BKP Kelas I Mataram
142. Labuhan Lombok Labuhan Lombok BKP Kelas I Mataram
143. Labuhan Haji Labuhan Haji BKP Kelas I Mataram
144. Pamenang Lombok Barat BKP Kelas I Mataram
145. Tanjung Luar Lombok Timur BKP Kelas I Mataram
146 Benete Sumbawa SKP Kelas I Sumbawa Besar
147. Badas Labuhan Sumbawa SKP Kelas I Sumbawa Besar
148. Bima Bima SKP Kelas I Sumbawa Besar
149. Kempo Sorodompu SKP Kelas I Sumbawa Besar
150. Sape Bima SKP Kelas I Sumbawa Besar
151. Pototano Sumbawa Barat SKP Kelas I Sumbawa Besar
152. Larantuka Flores Timur SKP Kelas II Ende
153. Ipi Ende SKP Kelas II Ende
154. Maumbawa Maumbawa SKP Kelas II Ende
155. Lembata Lembata SKP Kelas II Ende
156. Reo Ruteng SKP Kelas II Ende
157. Labuhan Bajo Manggarai Barat SKP Kelas II Ende
158. Aimere Aimere SKP Kelas II Ende
159. Maropokot Maropokot/ Nagekeo SKP Kelas II Ende
160. Maumere Maumere SKP Kelas II Ende
161. Nangakeo Kab. Ende SKP Kelas II Ende
162. Wuring Kab. Sikka SKP Kelas II Ende
163. Waibalun Kab. Flores Timur SKP Kelas II Ende
164. Gewayantana Kab. Flores Timur SKP Kelas II Ende
165. Kali Gongger Kab. Manggarai SKP Kelas II Ende
166. Waikelo Sumba Barat BKP Kelas I Kupang
167. Kalabahi Alor BKP Kelas I Kupang
168. Bolok Bolok BKP Kelas I Kupang
169. Pantar Alor BKP Kelas I Kupang
170. Baa Rote BKP Kelas I Kupang
171. Wini Kab.Timor Tengah Utara BKP Kelas I Kupang
172. Tenau Kupang BKP Kelas I Kupang
173. Atapupu Belu BKP Kelas I Kupang
174. Waingapu Sumba Timur BKP Kelas I Kupang
175. Seba Sabu BKP Kelas I Kupang
176. Pantai Baru Kab. Rote BKP Kelas I Kupang
177. Soekarno-Hatta Makassar BBKP Makassar
178. Paotere Makassar BBKP Makassar
179. Bajoe Bone BBKP Makassar
180. Sinjai Sinjai BBKP Makassar
181. Bulukumba Bulukumba BBKP Makassar
182. Selayar Selayar BBKP Makassar
183. Polewali Mandar Polewali Mandar SKP Kelas II Mamuju
184. Majene Majene SKP Kelas II Mamuju
185. Mamuju Mamuju SKP Kelas II Mamuju
186. Passangkayu Passangkayu SKP Kelas II Mamuju
187. Belang-Belang Belang-Belang SKP Kelas II Mamuju
188 Palipi Palipi SKP Kelas II Mamuju
189. Awerrange Kab. Barru SKP Kelas I Pare-Pare
190. Nusantara Pare-Pare Pare-Pare SKP Kelas I Pare-Pare
191. Cappa Ujung Pare-Pare SKP Kelas I Pare-Pare
192. Garongkong Barru SKP Kelas I Pare-Pare
193. Siwa Wajo SKP Kelas I Pare-Pare
194. Balantan /Malili Luwu Timur SKP Kelas I Pare-Pare
195. Palopo Palopo SKP Kelas I Pare-Pare
196. Baubau Baubau BKP Kelas II Kendari
197. Kendari Kendari BKP Kelas II Kendari
198. Tobaku Kolaka Utara BKP Kelas II Kendari
199. Raha Muna BKP Kelas II Kendari
200. Wanci Wakatobi BKP Kelas II Kendari
201. Pelabuhan Kabaena Bombana BKP Kelas II Kendari
202. Kolaka Kolaka BKP Kelas II Kendari
203. Pantoloan Pantoloan BKP Kelas II Palu
204. Tolitoli Tolitoli BKP Kelas II Palu
205. Donggala Donggala BKP Kelas II Palu
206. Luwuk Banggai Luwuk Banggai BKP Kelas II Palu
207. Loli Loli BKP Kelas II Palu
208. Taipa Taipa BKP Kelas II Palu
209. Luwuk Luwuk BKP Kelas II Palu
210. Salakan Salakan BKP Kelas II Palu
211. Pagimana Pagimana BKP Kelas II Palu
212. Bitung Bitung BKP Kelas I Manado
213. Manado Manado BKP Kelas I Manado
214. Tahuna Sangihe BKP Kelas I Manado
215. Labuhan Uki Bolaang Mongondow BKP Kelas I Manado
216. Melanguane Talaud BKP Kelas I Manado
217. Lirang Talaud BKP Kelas I Manado
218. Amurang Minahasa Selatan BKP Kelas I Manado
219. Gorontalo Gorontalo BKP Kelas II Gorontalo
220. Boalemo Gorotalo BKP Kelas II Gorontalo
221. Kwandang Kwandang BKP Kelas II Gorontalo
222. Anggrek Kwandang BKP Kelas II Gorontalo
223. Yos Sudarso Ambon SKP Kelas I Ambon
224. Kobi Sadar Maluku Tengah/ Pulau Seram SKP Kelas I Ambon
225. Namlea Pulau Buru SKP Kelas I Ambon
226. Tual Maluku Tenggara SKP Kelas I Ambon
227. Ternate Ternate BKP Kelas II Ternate
228. Ahmad Yani Ternate BKP Kelas II Ternate
229. Tobelo Tobelo BKP Kelas II Ternate
230. Sanana Sanana BKP Kelas II Ternate
231. Jayapura Jayapura BKP Kelas I Jayapura
232. Biak Biak SKP Kelas I Biak
233. Serui Serui SKP Kelas I Biak
234. Supiori Supiori SKP Kelas I Biak
235. Waren Waropen SKP Kelas I Biak
236. Samabusa Nabire Nabire SKP Kelas I Biak
237. Sorong Sorong SKP Kelas I Sorong
238. Fakfak Kab. Fakfak SKP Kelas I Sorong
239. Kaimana Kab. Kaimana SKP Kelas I Sorong
240. Manokwari Manokwari SKP Kelas II Manokwari
241. Bintuni Teluk Bintuni SKP Kelas II Manokwari
242. Wasior Teluk Wondama SKP Kelas II Manokwari
243. Amamapare Timika SKP Kelas II Timika
244. Poumako Timika SKP Kelas I Timika
245. Asmat Asmat SKP Kelas I Timika
246. Merauke Merauke SKP Kelas I Merauke
247. Asikie Boven Digul SKP Kelas I Merauke
248. Bade Mappi SKP Kelas I Merauke

C. Kantor Pos

No. Kantor Pos Lokasi UPT
1. Banda Aceh Banda Aceh SKP Kelas I Banda Aceh
2. Medan Medan BKP Kelas II Medan
3. Pematang Siantar Pematang Siantar BKP Kelas II Medan
4. Batam Batam BKP Kelas I Batam
5. Tanjung Pinang Tanjung Pinang BKP Kelas II Tanjung Pinang
6. Tanjung Balai Karimun Tanjung Balai Karimun SKP Kelas II Tanjung Balai Karimun
7. Pekanbaru Pekanbaru BKP Kelas I Pekanbaru
8. Bagan Siapiapi Bagan Siapiapi BKP Kelas I Pekanbaru
9. Bengkalis Bengkalis BKP Kelas I Pekanbaru
10. Dumai Dumai BKP Kelas I Pekanbaru
11. Meranti Meranti BKP Kelas I Pekanbaru
12. Padang Padang BKP Kelas I Padang
13. Bengkulu Bengkulu SKP Kelas I Bengkulu
14. Jambi Jambi BKP Kelas I Jambi
15. Palembang Palembang BKP Kelas I Palembang
16. Pangkal Pinang Pangkal Pinang BKP Kelas II Pangkal Pinang
17. Tanjung Pandan Tanjung Pandan BKP Kelas II Pangkal Pinang
18. Bandar Lampung Bandar Lampung BKP Kelas I Bandar Lampung
19. Jakarta Jakarta BBKP Tanjung Priok
20. Bogor Bogor BBKP Tanjung Priok
21. Soekarno-Hatta Tangerang BBKP Soekarno-Hatta
22. MPC Bandung Bandung SKP Kelas I Bandung
23. Purwokerto Purwokerto SKP Kelas I Cilacap
25. Semarang Semarang BKP Kelas I Semarang
26. Yogyakarta Yogyakarta BKP Kelas II Yogyakarta
27. Surakarta Surakarta BKP Kelas II Yogyakarta
28. Pontianak Pontianak BKP Kelas I Pontianak
29. Balikpapan Balikpapan BKP Kelas I Balikpapan
30. Banjarmasin Banjarmasin BKP Kelas I Banjarmasin
31. Palangkaraya Palangkaraya BKP Kelas II Palangkaraya
32. Samarinda Samarinda SKP Kelas I Samarinda
33. Tarakan Tarakan BKP Kelas II Tarakan
34. Surabaya Surabaya BBKP Surabaya
35. Kediri Kediri BBKP Surabaya
36. Malang Malang BBKP Surabaya
37. Denpasar Denpasar BKP Kelas I Denpasar
38. Mataram Mataram BKP Kelas I Mataram
39. Kupang Kupang BKP Kelas I Kupang
40. Makassar Makassar BBKP Makassar
41. Mamuju Mamuju SKP Kelas II Mamuju
42. Kendari Kendari BKP Kelas II Kendari
43. Palu Palu BKP Kelas II Palu
44. Manado Manado BKP Kelas I Manado
45. Gorontalo Gorontalo BKP Kelas II Gorontalo
46. Ambon Ambon SKP Kelas I Ambon
47. Ternate Ternate BKP Kelas II Ternate
48. Jayapura Jayapura BKP Kelas I Jayapura
49. Biak Biak SKP Kelas I Biak
50. Serui Serui SKP Kelas I Biak
51. Nabire Nabire SKP Kelas I Biak
52. Sorong Sorong SKP Kelas I Sorong
53. Fakfak Fakfak SKP Kelas I Sorong
54. Manokwari Manokwari SKP Kelas II Manokwari
55. Timika Timika SKP Kelas I Timika
56. Merauke Merauke SKP Kelas I Merauke

D. Dry Port

No. Dry Port Lokasi UPT
1. Gede Bage Bandung SKP Kelas I Bandung